Elang Haast, yang pernah menghuni Selandia Baru, adalah salah satu spesies burung raptor paling mengesankan yang pernah ada. Dengan lebar sayap mencapai 3 meter, burung ini menjadi primadona studi biologi dan paleontologi. Keberadaannya dicatat sekitar 700.000 hingga 1,8 juta tahun yang lalu, menjadikannya sebagai elang terbesar yang diketahui di bumi.
Dari segi fisik, elang Haast memiliki karakteristik luar biasa. Berat betina elang ini bisa mencapai 17,8 kilogram, yang menjadikannya jauh lebih berat dibandingkan spesies elang terbesar yang masih hidup saat ini, yaitu elang laut Steller, yang beratnya berkisar antara 5 hingga 9 kilogram. Cakar elang Haast seukuran cakar harimau, menambah kesan angker dan gagah pada burung ini.
Pemangsa Maut dari Zaman Prasejarah
Elang Haast tidak hanya terkenal karena ukurannya, tetapi juga karena kebiasaannya yang sangat menarik: memangsa moa, burung besar tak terbang yang juga berasal dari Selandia Baru. Moa dapat memiliki berat hingga 249 kilogram, sehingga membuatnya tampak sebagai mangsa yang sulit. Namun, elang Haast digambarkan sebagai pemburu yang efisien, menggunakan taktik yang dipelajari dari taktik burung elang dan burung nasar modern.
Studi yang dipublikasikan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa elang Haast menggunakan cakarnya yang besar untuk menjatuhkan dan melukai moa sebelum memberikan serangan mematikan dengan paruhnya. Metode berburu ini memperlihatkan kecerdasan dalam taktik berburu sekaligus keahlian menjadikannya predator yang menakutkan di zamannya.
Pernahkah Memangsa Manusia?
Menariknya, ada spekulasi bahwa elang Haast mungkin juga pernah memangsa manusia. Dalam bukunya, James West Stack mencatat tentang pouākai, burung legendaris dalam budaya Māori yang dipercaya merujuk kepada elang Haast. Menurut Stack, burung ini dikenal mampu "menangkap dan membawa pergi pria, wanita, dan anak-anak sebagai makanan." Meskipun klaim ini tetap subyek spekulasi, hal ini menggambarkan betapa menawannya mitologi seputar spesies ini.
Kepunahan yang Tragis
Sayangnya, seperti banyak spesies lainnya, elang Haast juga menghadapi kepunahan. Diperkirakan, elang ini punah sekitar 500 hingga 600 tahun yang lalu, bersamaan dengan hilangnya sumber makanan utama mereka, yaitu moa. Penurunan drastis populasi moa akibat perburuan manusia dan perubahan habitat menjadi faktor penyebab utama kepunahan elang Haast.
Keberadaan elang Haast memberikan pelajaran berharga tentang ekosistem dan dampak manusia terhadap kehidupan satwa. Keterkaitan erat antara predator dan mangsanya menunjukkan bagaimana satu spesies dapat memengaruhi keberadaan spesies lain.
Meskipun elang Haast kini hanya dapat ditemukan dalam catatan sejarah dan artefak, warisannya tetap hidup dalam penelitian dan diskusi ilmiah. Penemuan-penemuan mengenai elang ini memberikan gambaran jelas mengenai kehidupan di zaman prasejarah dan pentingnya upaya konservasi saat ini.
Penelitian lebih lanjut tentang elang Haast dan ekosistem Selandia Baru di masa lalu bisa memberikan wawasan baru ke dalam bagaimana spesi dan habitat tak terduga dapat mencoba bertahan di tengah tantangan lingkungan. Dengan semakin banyaknya penemuan fosil, kemungkinan untuk memahami lebih dalam mengenai hubungan antar spesies dalam ekosistem yang hilang ini semakin terbuka lebar.
Source: tekno.sindonews.com
