Fenomena astronomi yang dinanti-nanti oleh banyak orang, supermoon terbesar tahun ini, akan menghiasi langit Indonesia pada Selasa, 7 Oktober 2025, pukul 10.48 WIB. Peristiwa ini tidak hanya menarik perhatian para penggemar astronomi, tetapi juga menjadi momen istimewa bagi masyarakat, khususnya petani yang mengandalkan cahaya bulan untuk membantu proses panen mereka.
Supermoon kali ini dikenal sebagai “bulan panen” atau “harvest moon”, yang merupakan bulan purnama terdekat dengan titik ekuinoks musim gugur di belahan bumi utara. Mengacu pada informasi dari Independent, fenomena ini jatuh setelah 22 atau 23 September dan menjadi yang pertama sejak November 2024. Dengan ciri khasnya yang bersinar lebih terang, bulan panen memberikan nuansa berbeda pada malam hari dan biasa dimanfaatkan oleh petani di masa lalu.
Tahun ini menjadi unik karena supermoon ini merupakan fenomena bulan purnama terakhir yang jatuh pada tanggal 7 Oktober sejak tahun 1987. Dengan semakin dekatnya posisi bulan ke Bumi, supermoon ini akan terlihat lebih besar—sebesar 14%—serta lebih terang, hingga 30% dibandingkan dengan bulan purnama biasa. Istilah “supermoon” pertama kali digunakan pada tahun 1979 untuk menggambarkan bulan purnama yang terjadi di dekat titik perigee.
Menariknya, efek optik yang dikenal sebagai “ilusi bulan” juga akan terlihat, di mana bulan tampak lebih besar saat dekat dengan cakrawala. Hal ini terjadi karena otak manusia cenderung dibandingkan ukuran bulan dengan objek lain di sekitar, seperti pohon dan bangunan. Oleh karena itu, meski ukuran bulan tetap sama, ilusi ini menambah pesonanya.
Puncak supermoon akan terjadi di pagi hari, namun waktu yang paling ideal untuk mengamatinya adalah pada malam harinya, antara pukul 18.30 hingga 22.00 WIB. Pada waktu tersebut, bulan akan melintang lebih tinggi di langit, menyajikan pemandangan yang memukau. Kondisi cuaca yang cerah sangat diharapkan agar masyarakat dapat menikmati keindahan fenomena ini secara maksimal.
Lebih lanjut, masyarakat di pesisir Jakarta diingatkan untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir rob yang dihubungkan dengan supermoon. Fenomena alam ini dapat menyebabkan kenaikan air laut sehingga berpotensi menenggelamkan daerah-daerah rendah.
Kedepannya, penggemar astronomi juga masih memiliki kesempatan untuk menikmati supermoon lainnya. Bulan purnama berikutnya akan muncul pada 5 November 2025, yang dikenal sebagai bulan “Beaver Moon”. Jika cuaca mendukung, momen ini diharapkan mampu kembali menyajikan pertunjukan langit yang menakjubkan.
Disamping keindahan visualnya, fenomena ini juga mengingatkan kita akan siklus alam dan pentingnya menjaga lingkungan. Momen seperti ini bisa menjadi sarana edukasi serta cara yang baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap astronomi dan kondisi lingkungan.
Dengan pengamatan dan dokumentasi yang baik, supermoon pada Selasa mendatang bukan hanya akan menjadi pengalaman visual tetapi juga sumber inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang akan meneruskan minat terhadap ilmu pengetahuan dan lingkungan.
Source: www.beritasatu.com





