Lebih dari 6.000 siswa baru-baru ini menjadi korban keracunan setelah mengonsumsi makanan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG). Gejala yang muncul bervariasi, mulai dari muntah, lemas, hingga diare. Kasus ini menyoroti ancaman yang lebih luas terkait keracunan makanan, yang dapat terjadi akibat konsumsi makanan dan minuman terkontaminasi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), beberapa virus dan bakteri bertanggung jawab atas keracunan makanan yang umum terjadi.
Virus Penyebab Keracunan Makanan
Dua virus utama yang teridentifikasi oleh WHO sebagai penyebab keracunan makanan adalah Norovirus dan Hepatitis A. Norovirus adalah penyebab paling umum gastroenteritis karena penularannya yang tinggi, baik melalui kontak langsung maupun makanan yang terkontaminasi. Sementara itu, Hepatitis A dapat ditularkan melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi, menyebabkan penyakit hati akut yang berpotensi fatal.
Bakteri yang Dikenal Memicu Keracunan Makanan
Selain virus, bakteri juga merupakan penyebab signifikan keracunan makanan. Berikut adalah bakteri yang paling sering ditemukan dalam kasus keracunan makanan:
-
Salmonella
Salmonella adalah kelompok bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan, dikenal sebagai salmonellosis. Bakteri ini sering masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang kurang matang atau tidak bersih. Gejala yang muncul, seperti diare, kram perut, dan demam, biasanya muncul dalam waktu 8 hingga 72 jam setelah terpapar. Terdapat beberapa jenis Salmonella, di mana jenis non-typhoidal lebih umum menyebabkan keracunan makanan biasa. -
E. Coli
Escherichia coli atau E. coli umumnya hidup di usus manusia dan hewan berdarah panas. Meski sebagian besar jenis E. coli tidak berbahaya, beberapa jenis berpotensi menyebabkan infeksi serius. Salah satunya adalah E. coli O157:H7, yang dapat menghasilkan racun berbahaya dan menyebabkan diare berdarah serta komplikasi serius seperti sindrom uremik hemolitik, terutama pada anak-anak dan orang tua. -
Listeria Monocytogenes
Listeria monocytogenes dapat menyebabkan infeksi serius, terutama pada kelompok rentan seperti bayi dan orang tua. Bakteri ini dapat ditemukan di berbagai jenis makanan, terutama makanan yang disimpan dalam suhu dingin. Infeksi yang disebabkan oleh Listeria disebut listeriosis, dengan gejala yang bervariasi dari demam hingga kejang, dan terutama berbahaya bagi ibu hamil. - Clostridium Botulinum
Clostridium botulinum adalah bakteri yang sangat berbahaya karena menghasilkan racun neurotoksin yang dapat mengakibatkan botulisme. Bakteri ini berkembang di lingkungan tanpa oksigen dan dapat ditemukan di makanan kaleng yang tidak disimpan dengan benar. Botulisme dapat menyebabkan kelumpuhan otot, termasuk otot pernapasan, yang bisa berujung pada kematian. Penyakit ini bisa terjadi melalui makanan terkontaminasi, luka yang terinfeksi, atau inhalasi racun.
Upaya Pencegahan Keracunan Makanan
Untuk menghindari keracunan makanan, penting untuk mempraktikkan kebersihan yang baik saat menyiapkan dan mengonsumsi makanan. Salah satu langkah pencegahan utama adalah memastikan makanan dimasak hingga suhu yang aman dan tidak menyimpan makanan di kondisi yang meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri.
Melalui pemahaman yang lebih baik mengenai berbagai virus dan bakteri penyebab keracunan makanan, masyarakat diharapkan lebih waspada dan berupaya dalam menjaga kesehatan, terutama dalam memilih makanan yang aman untuk dikonsumsi.
Source: www.suara.com
