Kupu-Kupu Atlas Biru: Spesies Dengan Kromosom Terbanyak di Dunia

Tim ilmuwan internasional baru saja mengungkap fakta menarik mengenai kupu-kupu Atlas Biru (Polyommatus atlantica) yang hidup di pegunungan Maroko dan Aljazair. Serangga kecil ini memiliki jumlah kromosom terbanyak yang pernah tercatat pada hewan multiseluler, yakni mencapai 229 pasang. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan manusia yang hanya memiliki 23 pasang kromosom. Penemuan ini menambah wawasan yang mendalam tentang biologi dan genetika makhluk hidup.

Kolaborasi Penelitian yang Mendalam

Penelitian mengenai kupu-kupu Atlas Biru ini merupakan hasil kolaborasi antara Institute of Evolutionary Biology (IBE), yang merupakan pusat riset gabungan antara Dewan Riset Nasional Spanyol dan Universitas Pompeu Fabra, serta Wellcome Sanger Institute di Inggris. Para ilmuwan menemukan bahwa peningkatan jumlah kromosom ini bukanlah hasil dari proses duplikasi, tetapi akibat proses pecahnya kromosom sepanjang jutaan tahun. Awalnya, kupu-kupu ini hanya memiliki 24 pasang kromosom, yang mana menjadi jumlah umum bagi spesies sejenis. Namun, selama sekitar tiga juta tahun, genomnya mengalami fragmentasi hingga mencapai total 229 pasang.

Proses yang Unik dan Bermanfaat

Fenomena seperti ini jarang terjadi di dunia hewan. Biasanya, perubahan kromosom yang drastis dianggap merugikan bagi spesies, tetapi kupu-kupu Atlas Biru justru mampu bertahan hidup dengan cara ini. Proses fragmentasi kromosom ini serupa dengan yang terlihat pada sel kanker manusia, memberikan peluang penelitian baru yang bisa bermanfaat dalam dunia medis, terutama dalam memahami kerusakan kromosom dan kemungkinan pelajaran untuk kesehatan manusia.

Ancaman Terhadap Habitat dan Spesies

Meskipun memiliki keunikan genetik yang tangguh, spesies ini sedang menghadapi ancaman serius dari aktivitas manusia. Hutan Cedar di Maroko dan Aljazair, tempat kupu-kupu Atlas Biru tinggal, mengalami penyusutan akibat penebangan liar dan penggembalaan berlebihan. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, populasi Polyommatus atlantica berisiko mengalami kepunahan.

“Genom bukan hanya catatan masa lalu, tetapi juga peta masa depan suatu spesies,” kata Professor Mark Blaxter dari Wellcome Sanger Institute. Ia menekankan pentingnya pengetahuan akan sejarah genetik dalam memperkirakan bagaimana spesies ini akan bersikap terhadap perubahan iklim di masa mendatang. Penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi kupu-kupu, tetapi juga dapat memberikan gambaran tentang bagaimana spesies lain berevolusi dan membantu dalam pengembangan strategi konservasi.

Pahami Dampak Genetik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kromosom pecah terjadi di bagian DNA yang lebih longgar. Meskipun jumlah kromosom meningkat, isi informasi dari gen tetap sama, hanya dibagi menjadi lebih banyak bagian. Hal ini memberikan pengetahuan baru tentang bagaimana variasi genetik bisa mempengaruhi perilaku kupu-kupu dan evolusi spesies baru di masa depan. Dr. Roger Vila dari IBE menambahkan bahwa meski fenomena pecahnya kromosom pernah terlihat pada spesies lain, tidak ada yang mencapai tingkat sebanyak ini.

Implikasi untuk Penelitian Lanjutan

Dr. Charlotte Wright, peneliti utama dari Wellcome Sanger Institute, menyatakan bahwa timnya sudah menduga sejak awal bahwa kupu-kupu Atlas Biru menyimpan sesuatu yang unik. Kerja sama antara peneliti di berbagai institusi menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi dalam sains untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar.

Dalam menghadapi ancaman lingkungan yang serius, pengertian lebih dalam tentang kupu-kupu Atlas Biru dapat memberikan panduan penting untuk upaya konservasi. Tanpa langkah konkret dari pihak berwenang dan masyarakat, nasib spesies ini tetap tergantung pada perlindungan habitat dan strategi yang efektif untuk mempertahankan keberadaannya di masa mendatang.

Source: www.suara.com

Berita Terkait

Back to top button