Meta Inc., perusahaan induk Facebook dan Instagram, baru saja meluncurkan proyek besar berupa Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Candle yang bertujuan untuk menghubungkan Indonesia dengan beberapa negara di kawasan Asia, termasuk Jepang, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Proyek ini diharapkan dapat selesai pada tahun 2028 dan diharapkan meningkatkan kapasitas konektivitas internasional Indonesia secara signifikan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Kabel Laut Seluruh Indonesia (ASKALSI), Resi Y. Bramani, memberikan komentar positif mengenai kehadiran kabel laut ini. Menurutnya, kehadiran SKKL Candle akan menambah bandwidth untuk gateway internasional. “Bagi customer, harapan kelebihan bandwidth ini bisa mengurangi harga,” jelasnya pada Senin (6/10/2025). Namun, ia juga mengingatkan bahwa adanya proyek ini dapat meningkatkan persaingan di sektor telekomunikasi domestik, terutama bagi operator yang terhubung ke Singapura.
Dalam industri kabel laut, keamanan data menjadi perhatian utama. Resi menekankan pentingnya menjaga aliran data yang melewati kabel tersebut, karena kepemilikannya berada di tangan entitas asing. Hal ini menimbulkan sejumlah pertanyaan terkait privasi dan integritas data yang melewati infrastruktur tersebut. Menurutnya, “Yang perlu menjadi perhatian adalah data yang melewati SKKL tersebut, yang notabene-nya SKKL itu milik entitas asing.”
Kabel SKKL Candle sendiri memiliki panjang sekitar 8.000 kilometer dan kapasitas hingga 570 Tbps. Infrastruktur ini dirancang untuk memperkuat konektivitas digital bagi jutaan masyarakat dan pelaku bisnis di Indonesia. Dengan adanya infrastruktur ini, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekosistem digital yang semakin kompleks dan luas.
Selain proyek Candle, Meta juga mengumumkan penyelesaian kabel Bifrost, yang menghubungkan Indonesia, Singapura, Filipina, dan Amerika Serikat, serta proyek kabel Echo dan Apricot yang turut memperluas akses internet berkecepatan tinggi di kawasan Asia-Pasifik. Meta menyatakan bahwa investasi ini adalah bagian dari komitmennya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dan memastikan masyarakat dapat menikmati layanan dan teknologi terbaru dengan koneksi yang cepat dan andal.
Meta mencatat bahwa wilayah Asia-Pasifik merupakan rumah bagi lebih dari 58% pengguna internet dunia yang sangat bergantung pada infrastruktur digital global. Oleh karena itu, mereka berkomitmen untuk membangun jaringan yang tidak hanya besar kapasitasnya, tetapi juga tinggi ketahanannya guna mendukung pengembangan teknologi berbasis AI.
Di awal tahun ini, melalui Project Waterworth, Meta juga meluncurkan proyek kabel bawah laut ambisius yang bertujuan menghubungkan lima benua, termasuk Asia, pada akhir dekade ini. Dengan berbagai proyek kabel bawah laut seperti Candle, Bifrost, Echo, dan Apricot, Meta berharap dapat memperkuat konektivitas digital global dan menyalurkan teknologi andal kepada miliaran pengguna di kawasan ini.
Proyek Candle sendiri merupakan kolaborasi dengan sejumlah perusahaan telekomunikasi regional dan menggunakan teknologi kabel 24 pasang serat optik terbaru. Ini menawarkan bandwidth setara dengan kabel unggulan sebelumnya, Anjana, yang telah dikenal luas.
Sejak tahun 2021, Meta dan mitranya telah berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas lintas Pasifik sebesar 70% melalui dua proyek utama, Bifrost dan Echo. Kabel Bifrost kini telah aktif, menghubungkan Singapura, Indonesia, Filipina, dan Amerika Serikat, dengan rencana untuk memperluas jaringan hingga Meksiko pada tahun 2026. Sementara itu, proyek Echo memiliki kapasitas 260 Tbps yang menghubungkan Guam dan California, serta akan membuka jalur konektivitas tambahan ke wilayah Asia.
Dengan berbagai proyek ini, Meta berupaya untuk terus memperluas jaringan digital lintas kawasan Asia-Pasifik, sehingga mendukung pertumbuhan dan aksesibilitas layanan internet yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dan di seluruh dunia.
Source: teknologi.bisnis.com
