Ribuan tahun sebelum teknologi peta dan telepon pintar hadir, penduduk purba di daerah padang pasir utara Arabia menemukan cara unik untuk menyampaikan informasi penting. Baru-baru ini, para arkeolog berhasil menemukan ukiran batu berusia sekitar 12.000 tahun yang diukir pada permukaan batu, menggambarkan berbagai hewan seperti unta dan sapi. Lokasi penemuan ini berada dekat sisa-sisa danau dan sumber air musiman, yang sangat berharga bagi kehidupan manusia pada masa itu.
Para peneliti meyakini bahwa ukiran-ukiran tersebut bukan sekadar hiasan belaka. Menurut Maria Guagnin, yang memimpin penelitian ini, ukiran-ukiran itu kemungkinan besar berfungsi sebagai petunjuk arah yang membantu pelancong untuk menemukan sumber air yang sangat diperlukan di tengah-tengah lanskap yang kering. "Ukuran dan detail dari ukiran ini menunjukkan bahwa mereka dimaksudkan untuk dilihat dan dipahami oleh orang lain," kata Maria dalam wawancara dengan Science Alert.
Salah satu panel ukiran menampilkan dua unta; satu terlihat hendak berdiri, sementara yang lainnya melangkah di permukaan batu. Penemuan ini juga mencakup alat ukir yang digunakan untuk membuat seni cadas, yang menunjukkan bahwa keterampilan mereka dalam pengukiran sangat berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat pada waktu itu memiliki pemahaman linguistik visual yang cukup kompleks.
Penemuan ini merupakan bagian dari penelitian lebih besar di wilayah tersebut. Sebelumnya, tim Guagnin juga menemukan 170 ukiran serupa lainnya saat bekerja di tepi selatan Gurun Nefud di Arab Saudi. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications mengungkapkan bahwa wilayah Arabia utara pada 12.000 tahun yang lalu tampak sangat berbeda dengan saat ini. Tempat tersebut merupakan daerah yang lebih hijau, terdiri dari padang rumput dan danau, sekaligus dihuni oleh berbagai kawanan hewan yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia.
"Masyarakat pada masa itu mampu memanfaatkan danau musiman untuk bertahan hidup di gurun," jelas Maria. Ia menambahkan bahwa ukiran-ukiran tersebut berfungsi untuk menandai sumber air dan jalur menuju ke sana. Ini menjadi bukti bagaimana manusia purba tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga menciptakan sistem komunikasi visual yang efektif untuk kebutuhan sehari-hari mereka.
Keberadaan ukiran-ukiran ini menyoroti pentingnya air sebagai sumber daya vital. Unta, sebagai hewan yang sangat identik dengan kehidupan di gurun, tidak hanya menjadi simbol ketahanan, tetapi juga mencerminkan cara berpikir manusia purba dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam konteks saat ini, temuan ini turut mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan memahami bagaimana manusia dan alam berinteraksi selama ribuan tahun. Hal ini juga memberikan wawasan baru tentang kebudayaan dan cara hidup manusia purba di Arabia utara.
Dari penemuan tersebut, terbuka peluang untuk penelitian lebih lanjut yang dapat memperdalam pemahaman kita tentang sejarah manusia dan tamadun kuno. Versi kuno dari peta ini bukan hanya menandakan kemampuan artistik yang tinggi, tetapi juga menggambarkan kedalaman pemikiran strategis masyarakat purba dalam menghadapi tantangan lingkungan mereka.
Dengan demikian, ukiran batu berusia 12.000 tahun ini bukan hanya sekadar peninggalan sejarah, melainkan sebuah jendela untuk memahami bagaimana manusia purba menggunakan kreativitas mereka untuk bertahan hidup di salah satu lingkungan terberat di dunia. Temuan ini tentu akan menambah kekayaan khazanah arkeologi dan sejarah, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya adaptasi dan inovasi dalam kehidupan manusia.
Source: tekno.sindonews.com
