Pertunjukan kembang api yang diadakan di kota Liuyang, Provinsi Hunan, Tiongkok pada 2 Oktober 2025, berubah menjadi insiden menegangkan yang dikenal dengan istilah ‘hujan api’ setelah sistem drone yang digunakan mengalami malfungsi. Acara berjudul “October: The Sound of Blooming Flowers” tersebut awalnya dirancang untuk memberikan pertunjukan visual 3D menarik, tetapi berakhir dengan kepanikan di kalangan ribuan penonton.
Seperti dilaporkan oleh media lokal dan internasional, pertunjukan yang berlangsung di Sky Theatre tersebut seketika berubah kacau ketika percikan api mulai jatuh dari langit. Video yang beredar di media sosial menunjukkan panik yang melanda penonton, di mana sebagian dari mereka terlihat berlarian untuk mencari perlindungan, bahkan menggunakan kursi untuk melindungi diri dari api yang jatuh. Di sisi lain, percikan kembang api juga memicu kebakaran kecil di sekitar lokasi acara.
Tim pemadam kebakaran yang siaga di tempat kejadian berhasil mengendalikan kobaran api dalam waktu singkat. Menurut laporan dari media The Sun, tidak ada korban jiwa atau luka-luka yang dilaporkan dalam insiden tersebut. Sebagai langkah pencegahan, pemerintah kota Liuyang segera menetapkan zona evakuasi sepanjang 1,6 kilometer di area sekitar pertunjukan, mengingat kondisi cuaca saat itu yang sangat kering.
Biro Kebudayaan dan Pariwisata Liuyang menjelaskan bahwa faktor cuaca seperti angin kencang dan kekeringan menjadi penyebab utama peristiwa tersebut. Salah satu pejabat menyatakan, "Kondisi lingkungan sangat mudah terbakar, dan percikan sekecil apa pun bisa memicu api besar."
Peristiwa tersebut segera menjadi topik hangat di media sosial Tiongkok, dengan ribuan komentar beraneka ragam baik berupa kecaman maupun lelucon. Seorang pengguna menulis, “Ini bencana buatan manusia!”, sementara yang lain berkomentar bahwa situasi tersebut terlihat seperti adegan dari film kiamat. Terdapat pula kritik terkait aspek keselamatan penyelenggara, di mana beberapa orang menyarankan agar pertunjukan semacam itu dilakukan di atas air, bukan di tengah kerumunan penonton.
Liuyang dikenal sebagai "kampung halaman kembang api dunia," dan memiliki tradisi panjang dalam menggelar pertunjukan piroteknik berskala besar. Pada awal 2025, kota ini bahkan menarik lebih dari 160 ribu wisatawan yang ingin menyaksikan perayaan Tahun Baru yang megah. Akibat insiden terbaru ini, diskusi mengenai keselamatan dan standar teknologi dalam pertunjukan piroteknik mulai mencuat, dengan banyak pihak mendesak pemerintah untuk menerapkan regulasi yang lebih ketat.
Meskipun tidak ada korban dalam insiden ini, para pengamat menilai bahwa kombinasi antara kembang api tradisional dan teknologi drone modern memerlukan perhatian dan pengawasan ekstra. Beberapa ahli keamanan publik menyatakan bahwa risiko kecelakaan perlu ditangani dengan serius untuk mencegah tragedi di masa depan.
Sebagai langkah lanjutan, pemerintah Liuyang mengumumkan rencana untuk meninjau kembali semua izin pertunjukan kembang api, terutama yang menggunakan sistem otomatis dan drone. Ini dilakukan hingga penyelidikan mengenai penyebab pasti insiden ini selesai. Melihat banyaknya kritik yang muncul, terlihat bahwa isu keselamatan dalam penyelenggaraan pertunjukan besar semakin mendapat perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah.
Dengan pertunjukan kembang api yang menjadi bagian dari budaya dan tradisi di Tiongkok, kejadian ini tentunya menjadi titik tolak bagi peninjauan regulasi dan prosedur keselamatan dalam setiap acara yang melibatkan risiko kebakaran dan teknologi canggih.
Source: www.suara.com





