Greenland Menyusut: Pulau Raksasa yang Perlahan Bergeser Menuju Kehancuran

Greenland, pulau terbesar di dunia dengan lapisan es yang melimpah, kini mengalami perubahan signifikan akibat pemanasan global. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bukan hanya lapisan es yang menyusut, tetapi pulau ini juga bergeser ke arah barat laut, sebuah tanda jelas dari dampak perubahan iklim di wilayah Arktik.

Temuan ini diungkap oleh para ilmuwan dari DTU Space (Technical University of Denmark), yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Journal of Geophysical Research: Solid Earth pada Oktober 2025. Melalui analisis data satelit dan pemantauan dari 58 stasiun GNSS (Global Navigation Satellite System), peneliti menemukan bahwa Greenland bergerak sekitar dua sentimeter per tahun ke arah barat laut. Fenomena ini menunjukkan kompleksitas pergerakan daratan yang dibagi menjadi dua: penyusutan di beberapa area dan perluasan di area lainnya.

Danjal Longfors Berg, peneliti utama dari penelitian ini, menjelaskan bahwa penyusutan ini terjadi karena mencairnya lapisan es yang mengurangi tekanan pada batuan dasar di bawahnya. "Ketika es mencair, tekanan di permukaan berkurang, dan hal itu memicu reaksi pada kerak bumi—beberapa bagian terangkat, sementara yang lain meregang dan menyusut," ungkap Berg. Ia menambahkan bahwa, meskipun kebanyakan ilmuwan memperkirakan Greenland semakin melebar karena mencairnya es, hasil riset terbaru justru menunjukkan adanya bagian yang menyusut.

Model pergerakan daratan yang dikembangkan oleh tim peneliti merekam perubahan selama 26.000 tahun terakhir, mencakup periode akhir Zaman Es hingga masa kini. Hasil studi menunjukkan bahwa meskipun ada pengaruh positif dari pencairan es yang memungkinkan beberapa area terangkat, efek dari sisa gerakan tektonik justru menciptakan kontraksi di bagian lain pulau.

Dengan luas mencapai 2,17 juta kilometer persegi, sekitar 80% permukaan Greenland ditutupi lapisan es. Peneliti menjelaskan bahwa melting ice yang signifikan menyebabkan bagian daratan terangkat, bahkan memungkinkan Greenland tampak lebih besar secara geografis dibanding beberapa dekade lalu. Namun, perubahan ini juga mengindikasikan ada bagian yang mengalami pengurangan ukuran karena dinamika geologis.

Menurut laporan dari Euro News, selama 28 tahun berturut-turut, lapisan es Greenland telah kehilangan lebih banyak massa dibanding yang bisa pulihkan, meskipun tahun 2024 menjadi tahun dengan kehilangan es paling sedikit sejak 2013. Namun, tren jangka panjang tetap menunjukkan kekhawatiran. Lapisan es tersebut merupakan salah satu sumber air tawar terbesar di dunia, dan jika semua lapisan es tersebut mencair, diperkirakan permukaan air laut global bisa naik hingga 7,4 meter.

Setiap kenaikan permukaan laut sebesar satu sentimeter dapat menempatkan sekitar enam juta orang di seluruh dunia pada risiko banjir pesisir. Dengan demikian, apa yang terjadi di Greenland tak hanya berdampak lokal, tetapi juga global, karena hilangnya massa es di pulau ini dapat mempercepat meningkatnya permukaan laut dan merubah pola arus laut serta sistem cuaca di seluruh dunia.

Penelitian ini membuktikan betapa pentingnya memahami fenomena perubahan iklim di Greenland. "Dengan menggunakan satelit dan stasiun GNSS, kami dapat mengukur pergerakan Greenland dengan akurasi yang belum pernah ada sebelumnya," ujar Berg. Temuan tersebut memiliki implikasi bagi berbagai sektor, termasuk navigasi, pemetaan, dan sistem komunikasi berbasis satelit.

Para ilmuwan sepakat bahwa penyusutan dan pergeseran Greenland merupakan hasil kombinasi antara proses geologis alami dan percepatan pemanasan global akibat aktivitas manusia. Mereka memperkirakan jika tren mencairnya es terus meningkat, perubahan pada struktur batuan dasar Greenland akan semakin cepat dan tidak terduga.

"Greenland saat ini seperti sedang bereaksi terhadap dua kekuatan besar: sisa efek Zaman Es ribuan tahun lalu dan perubahan iklim akibat aktivitas manusia sekarang," tambah Berg. Para peneliti berencana untuk terus memantau hubungan antara lapisan es dan geologi di bawahnya untuk memahami lebih dalam mengenai dampak perubahan suhu global yang terus meningkat.

Source: www.suara.com

Exit mobile version