Terungkap! Cara Suku Maya Menghitung Fenomena Alam yang Akan Terjadi

Para peneliti baru-baru ini mengungkapkan wawasan menarik tentang kemampuan Suku Maya dalam menghitung fenomena alam, khususnya dalam memprediksi gerhana. Berbeda dengan kalender yang kita gunakan saat ini, kalender milik peradaban Maya memiliki struktur unik yang membuatnya relevan dalam memahami siklus alam. Masyarakat Maya secara tradisional sangat memperhatikan pergerakan langit sebagai petunjuk keberuntungan dan hukuman ilahi, dan keterampilan astronomi mereka terlihat jelas dalam desain kalender mereka.

Kalender astrologi Maya berjumlah 260 hari dan digunakan untuk meramal nasib individu. Dalam Kodeks Dresden, para ilmuwan menemukan tabel yang mencatat 405 bulan baru, yang merujuk pada hampir 46 siklus dari 260 hari tersebut. Melalui tabel ini, Suku Maya mampu memprediksi fase-fase bulan dengan akurasi yang tinggi, termasuk Bulan purnama dan Bulan baru. Gerhana, yang terjadi ketika Bumi, Bulan, dan Matahari sejajar, adalah fenomena yang mereka perhitungkan dengan teliti.

Metode Perhitungan Gerhana

Peneliti menemukan bahwa gerhana terjadi pada saat Bulan berada dalam fase purnama atau baru, namun hanya ketika ketiga objek langit tersebut berada di titik simpul orbitnya. Keunikan orbit Bulan, yang miring terhadap orbit Bumi mengelilingi Matahari, berarti gerhana hanya mungkin terlihat dari lokasi tertentu. Konsekuensinya, kemampuan Suku Maya untuk memprediksi gerhana sangat tergantung pada penentuan posisi tersebut.

Tabel yang ditemukan dalam Kodeks Dresden menyoroti dua titik penting yang mencerminkan keselarasan Bumi, Bulan, dan Matahari. Menurut Profesor John Justeson, penulis utama studi ini, terdapat dua titik spesifik dalam tabel yang dapat dipakai untuk menentukan tanggal terjadinya gerhana. Ini sangat penting karena gerhana tidak hanya dapat disaksikan secara bersamaan oleh banyak orang, namun juga ada kalanya hanya terlihat di lokasi tertentu.

Keakuratan Prediksi

Namun, meskipun tabel kalender lunar Maya sangat berguna, ada tantangan dalam mempertahankan akurasi prediksi seiring berjalannya waktu. Jika digunakan tanpa pengaturan ulang, kemampuan meramalkan gerhana akan menurun dalam beberapa siklus. Oleh karena itu, para "penjaga hari," yang merupakan ahli kalender Maya, melakukan adaptasi untuk mengatur ulang tabel lunar pada interval tertentu.

Dalam penjelasannya, Justeson menekankan pentingnya dua angka, yaitu 358 dan 223, yang ternyata mewakili siklus gerhana. Siklus pertama, yang disebut siklus inex, berlangsung selama 358 bulan sinodis, sementara siklus kedua, atau siklus saros, berlangsung selama 223 bulan. Melalui strategi ini, Suku Maya dapat menjaga keakuratan prediksi selama ratusan tahun, memungkinkan mereka untuk merencanakan acara dan kegiatan berdasarkan fenomena alam ini.

Penerapan dalam Sejarah

Para peneliti meyakini bahwa kalender yang digunakan oleh Suku Maya kemungkinan dirancang antara tahun 1083 hingga 1140 M. Hal ini menunjukkan bahwa methodologi yang diterapkan oleh peradaban ini memiliki relevansi hingga kini, bahkan mampu memprediksi gerhana yang terjadi di Meksiko dalam beberapa tahun terakhir. Ini menegaskan bahwa pengetahuan astronomis mereka sangat mendalam dan terperinci.

Dengan temuan ini, para ilmuwan tidak hanya mendapatkan pemahaman lebih tentang cara Suku Maya menghitung fenomena alam, tetapi juga menghargai warisan budaya dan ilmiah mereka dalam astronomi. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat mengungkapkan lebih banyak tentang bagaimana Suku Maya berinteraksi dengan langit dan bagaimana pengetahuan tersebut menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern, memahami metode kuno ini memberikan wawasan berharga serta inspirasi untuk pengembangan teknologi dan teknik ramalan berbasis astronomi yang lebih canggih. Penemuan ini menjadi salah satu kontribusi penting untuk melestarikan kebudayaan Suku Maya serta ingatan akan kejeniusan mereka dalam mengamati dan menghitung fenomena alam.

Source: tekno.sindonews.com

Berita Terkait

Back to top button