Jamaika mengalami bencana besar setelah Badai Melissa, yang menerjang pulau tersebut pada 29 Oktober 2025. Dengan kekuatan kategori 5, badai ini menjadi salah satu yang terkuat dalam sejarah modern Jamaika. Dampak dari badai tersebut sangat parah, menghancurkan ribuan rumah, menumbangkan pepohonan, dan memutus aliran listrik di seluruh wilayah.
Sekitar 75% wilayah Jamaika kini terputus dari akses listrik, dan hujan deras yang diiringi angin kencang telah menyebabkan banjir besar di banyak daerah, terutama di bagian barat pulau. Dalam laporan yang diterima, sejumlah wilayah bahkan dilaporkan terendam air hingga ke atap rumah dua lantai. Seorang pejabat setempat menggambarkan situasi sebagai “adegan film kiamat,” mengingatkan pada kondisi yang mencekam di mana komunikasi terputus dan banyak orang terjebak di dalam rumah mereka.
Perdana Menteri Jamaika, Andrew Holness, telah menetapkan status darurat bencana nasional. Ia mengingatkan bahwa kerusakan yang ditinggalkan Melissa sangat signifikan, terutama pada infrastruktur publik seperti rumah sakit, sekolah, dan fasilitas vital lainnya. “Dampak badai ini sangat menghancurkan. Kami belum mendapatkan laporan resmi mengenai jumlah korban jiwa, tetapi saya khawatir ada yang kehilangan nyawa,” ujar Holness kepada media.
Salah satu kota yang paling parah terdampak adalah Montego Bay. Wali kota Richard Vernon melaporkan bahwa kota tersebut kini “terbelah dua” akibat banjir yang parah, menyebabkan akses antara bagian utara dan selatan terputus. Vernon menjelaskan bagaimana air naik sangat cepat dan merendam jalan utama setelah angin reda, menyebabkan kesulitan dalam pergerakan.
Tanaman pangan di paroki St. Elizabeth juga mengalami kerusakan, dan banyak keluarga terjebak di rumah mereka. “Kami kesulitan mengevakuasi warga karena kondisi sangat berbahaya,” ungkap Desmond McKenzie, Menteri Pemerintahan Lokal Jamaika.
Meskipun banyak warga mengalami kerugian, Badai Melissa juga melahirkan cerita luar biasa. Di tengah kondisi darurat, tiga bayi berhasil dilahirkan di rumah sakit. Salah satu bayi bahkan dinamai “bayi Melissa,” sebagai simbol harapan di tengah bencana.
Kekuatan Badai Melissa mencatatkan kecepatan angin mencapai 298 km/jam, yang jauh lebih tinggi dibandingkan Badai Katrina yang menghantam New Orleans pada tahun 2005. Para ahli cuaca menyatakan bahwa badai ini diperburuk oleh pemanasan anomali di laut Karibia, yang diduga kuat dipicu oleh perubahan iklim global. Seorang meteorolog menjelaskan bahwa air laut yang semakin panas menyebabkan badai seperti Melissa berkembang dengan cepat dan lebih kuat.
Akibat dari badai ini, pemerintah juga mengeluarkan peringatan akan kemungkinan kemunculan buaya di permukiman warga akibat banjir besar. Setelah meninggalkan Jamaika, Badai Melissa melanjutkan perjalanannya menuju Kuba sebagai badai kategori 3. Pemerintah Kuba telah mengambil langkah preventif dengan mengevakuasi lebih dari 700 ribu orang.
Sementara itu, di Haiti, badai ini telah mengakibatkan setidaknya 25 korban jiwa akibat banjir besar. Pemerintah Jamaika kini fokus pada upaya pemulihan, di mana sekitar 77% wilayah masih terputus dari listrik dan lebih dari 70 sistem air di daerah itu rusak.
Untuk membantu memulihkan komunikasi yang terputus, terminal Starlink milik Elon Musk diaktifkan secara gratis bagi warga yang terdampak. “Kami mengetahui banyak orang belum dapat menghubungi keluarganya di barat Jamaika. Komunikasi masih sangat terbatas,” jelas juru bicara pemerintah.
Bantuan internasional juga mulai mengalir, dengan Amerika Serikat mengirim tim tanggap darurat dan Inggris memberikan dana darurat sebesar £2,5 juta. Hal ini menunjukkan solidaritas internasional dalam menghadapi bencana.
Sebagai penutup, Badai Melissa menjadi peringatan keras mengenai realitas perubahan iklim di kawasan tropis. Aktivis iklim, Mikaela Loach, menekankan bahwa badai ini memperlihatkan bagaimana pemanasan global dapat mengakibatkan fenomena ekstrem. Meski menghadapi tantangan besar, rakyat Jamaika menunjukkan ketahanan luar biasa. Menteri McKenzie optimis bahwa, “Sekalipun diterjang badai sebesar apa pun, Jamaika akan bangkit kembali.”
Source: www.suara.com
