Asosiasi Internet of Things Indonesia (Asioti) memproyeksikan pasar Internet of Things (IoT) di Indonesia akan mengalami pertumbuhan signifikan hingga mencapai Rp330 triliun pada tahun 2026. Proyeksi ini mengacu pada kisaran nilai pasar antara US$15 hingga US$20 miliar, dengan asumsi nilai tukar sekitar Rp16.500 per dolar AS.
Menurut Ketua Umum Asioti, Teguh Prasetya, pertumbuhan IoT didorong oleh berbagai sektor utama. Sektor-sektor tersebut mencakup smart city, industri, transportasi dan logistik, energi, serta aplikasi smart building dan kegiatan kesehatan.
Pangsa Pasar Per Sektor
Dalam estimasi, sektor smart city dan publik diperkirakan memiliki porsi terbesar, mencapai 25–30% dari total pasar. Dengan rincian ini, pasar smart city diperkirakan akan menyentuh US$4,7 miliar atau sekitar Rp78 triliun pada tahun 2026. Adopsi IoT di tingkat pemerintahan dan integrasi command center kota menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ini. Data dari riset Mordor menunjukkan bahwa smart cities menjadi segmen aplikasi terbesar dalam IoT di Indonesia.
Sektor industri atau industrial IoT juga dilihat sebagai salah satu yang paling menjanjikan. Diperkirakan menyumbang 18–22% dari total pasar, setara dengan US$3,5 miliar atau sekitar Rp57–58 triliun. Pertumbuhan sektor ini menduduki peringkat tinggi secara global, dengan proyeksi compound annual growth rate (CAGR) di atas 11%.
Transportasi, Energi, dan Kesehatan
Pertumbuhan signifikan diramalkan akan datang dari sektor transportasi dan logistik yang mendorong efisiensi rantai pasok. Sektor ini diharapkan menyumbang 10–15% dari pasar, senilai US$2,1 miliar atau sekitar Rp34–35 triliun. Pesatnya perkembangan e-commerce menjadi faktor pendorong utama dalam sektor transportasi dan logistik di Indonesia.
Untuk sektor energi dan utilitas, porsi pasar diperkirakan mencapai 8–12%, setara dengan US$1,75 miliar atau sekitar Rp28–29 triliun. Aplikasi seperti smart meter dan monitoring sistem untuk distribusi listrik menjadi bagian penting dalam sektor ini.
Sektor kesehatan juga menunjukkan pertumbuhan positif. Dikenal sebagai connected healthcare, sektor ini diperkirakan memiliki nilai sekitar US$1,0–1,1 miliar atau Rp17 triliun. Pemanfaatan IoT untuk telemedicine dan monitoring pasien jarak jauh semakin meningkat setelah pandemi.
Pertanian dan Ritel
Sektor pertanian dan perikanan mulai memanfaatkan teknologi IoT. Diperkirakan, sektor ini menyumbang 5–7% pasar, setara dengan US$1,0–1,1 miliar atau sekitar Rp17 triliun. Inisiatif pemerintah dalam pertanian presisi berkontribusi terhadap perkembangan sektor ini.
Sektor ritel dan pembayaran juga nampak tumbuh seiring digitalisasi. Diperkirakan mencapai porsi sekitar 4–6% atau US$0,9 miliar, sebesar Rp14–15 triliun. Integrasi omni-channel menjadi faktor penggerak di sektor ini.
Segmen Lain yang Tumbuh
Terdapat segmen lain, seperti consumer IoT dan otomotif, termasuk perangkat rumah pintar dan wearables. Gabungan segmen ini diperkirakan memberikan kontribusi 5–10% dari pasar, atau mencapai US$1,0–1,1 miliar sekitar Rp17 triliun.
Meskipun semua angka di atas bersifat estimatif, mereka menunjukkan arah pertumbuhan yang positif. Teguh Prasetya menegaskan bahwa proyeksi ini diambil dari berbagai riset dengan metodologi yang mungkin berbeda, tetapi memberikan gambaran yang jelas tentang potensi pasar IoT di Indonesia.
Tantangan ke depan tetap ada, namun optimisme untuk sektor-sektor seperti industrial IoT, smart city, smart agriculture, dan connected healthcare menunjukkan peluang besar bagi perkembangan teknologi dan inovasi di Tanah Air.
Baca selengkapnya di: teknologi.bisnis.com




