Spesies kodok baru bernama "pustular" telah ditemukan dengan kemampuan melahirkan lebih dari 100 bayi. Temuan ini mengejutkan banyak ahli, karena kodok ini menunjukkan perilaku reproduksi yang tidak biasa. Mereka tidak bertelur seperti kebanyakan kodok, melainkan melahirkan anak kecil setelah embrio berkembang di dalam tubuh induknya.
Ahli herpetologi, Dr. Mark Scherz, menjelaskan bahwa pembuahan terjadi di dalam tubuh. Embrio tumbuh hingga tahap katak kecil dan kemudian dilahirkan. Salah satu penulis penelitian, Christian Thrane, mengungkapkan bahwa mereka menghitung lebih dari 100 embrio pada satu betina. Ini merupakan angka yang sangat tinggi, menunjukkan sifat unik spesies ini.
Sebelumnya, kodok ini tergolong dalam spesies yang lebih luas, Nectophrynoides viviparus. Namun, penelitian baru mengungkapkan adanya keanekaragaman yang besar dalam kelompok ini. Tiga spesies baru, yaitu Nectophrynoides luhomeroensis, Nectophrynoides uhehe, dan Nectophrynoides saliensis, kini telah diklasifikasikan secara resmi.
Proses identifikasi spesies baru ini menggunakan metode "museomika". Metode ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh data urutan DNA dari spesimen yang disimpan di museum. Dengan cara ini, mereka bisa membandingkan spesimen berusia bervariasi dari beberapa tahun hingga lebih dari satu abad.
Habitat dan Ancaman
Habitat dari spesies kodok pustular ini berada di Pegunungan Eastern Arc, Tanzania. Kawasan ini terkenal dengan keanekaragaman hayatinya. Namun, sayangnya, kawasan ini mengalami ancaman berupa fragmentasi habitat. Hal ini memengaruhi kelangsungan hidup berbagai spesies, termasuk yang sudah punah.
Contohnya, Nectophrynoides asperginis telah dinyatakan punah di alam liar. Sementara, Nectophrynoides poyntoni yang sudah lama tidak terlihat sejak 2003 menunjukkan krisis keanekaragaman hayati di daerah tersebut.
Perlindungan Embrio
Dalam menyikapi tantangan ini, penting untuk memahami biologi spesies unik ini. Penelitian lebih lanjut tentang biaya energi yang diperlukan untuk mengandung sekitar 100 embrio dapat memberi wawasan baru. Viviparitas, atau melahirkan anak, mungkin memerlukan lebih banyak energi bagi betina dan berpotensi memengaruhi mobilitas serta kelincahan mereka.
Implikasi Reproduksi
Menurut Christoph Liedtke dari Dewan Riset Nasional Spanyol, meski viviparitas menawarkan perlindungan lebih baik terhadap embrio, ada risiko. Amfibi vivipar cenderung memiliki lebih sedikit keturunan per reproduksi dibandingkan dengan spesies yang bertelur. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi kelangsungan hidup spesies.
Sehingga, meskipun spesies kodok ini memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi untuk embrio yang berkembang, masih banyak yang perlu dipelajari tentang dinamika reproduksinya. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana spesies ini dapat bersaing dan bertahan dalam habitat yang semakin terancam.
Kesimpulan Informasi Terkini
Temuan mengenai spesies kodok pustular ini menambah wawasan tentang keragaman biologi amfibi. Dengan potensi ditemukannya spesies baru, penelitian ini memberikan harapan bagi upaya konservasi. Memahami fungsi biologis dari spesies unik ini sangat penting untuk strategi perlindungan. Perlunya pendekatan proaktif dalam menjaga habitat mereka menjadi lebih jelas. Upaya-upaya tersebut dan terus merehabilitasi lingkungan akan membantu menjaga biodiversitas di Pegunungan Eastern Arc yang berharga ini.
Baca selengkapnya di: tekno.sindonews.com