Para ilmuwan telah menemukan petunjuk baru untuk membedakan dinosaurus jantan dan betina melalui penelitian pada hadrosaurus. Penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang pola cedera pada ekor hadrosaurus yang dapat dihubungkan dengan perilaku kawin.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal iScience. Peneliti mengamati bekas cedera yang konsisten pada bagian ekor hadrosaurus, khususnya di dekat pangkal ekor. Cedera ini terlihat telah sembuh tetapi memiliki bentuk yang mirip, seperti patah yang membengkak atau bahkan hilang.
Paleontolog telah mengidentifikasi pola ini pada ratusan spesimen hadrosaurus dari berbagai lokasi dan spesies. Cedera ini tidak dianggap sebagai akibat dari perkelahian atau predator. Sebaliknya, para peneliti, seperti Dr. Filippo Bertozzo, berhipotesis bahwa cedera tersebut terjadi saat proses kawin. Hadrosaur jantan diduga telah menekan ekor betina yang terkadang berada dalam posisi berbaring, menyebabkan cedera berulang.
Pola cedera yang terbentuk ini sudah amat menarik perhatian para ilmuwan selama beberapa dekade. Paleontolog asal Kanada, Darren H. Tanke, sudah mencatat indikasi cedera ini sejak tahun 1980-an, tetapi keterbatasan data saat itu membuatnya sulit untuk menjelaskan secara pasti.
Tim Bertozzo memeriksa hampir 500 vertebra ekor dari koleksi museum di Amerika Utara dan Eropa. Hasilnya menunjukkan pola cedera yang serupa di bagian tengah pangkal ekor. Dr. Albert Prieto-Márquez menilai bahwa pola ini merupakan “sinyal biologis yang nyata,” meski masih memerlukan bukti tambahan untuk memperjelas perbedaan jenis kelamin.
Untuk membuktikan bahwa cedera ini sebagai penanda betina, diperlukan penemuan fosil dengan bukti lebih jelas, seperti jaringan medullary bone yang muncul pada betina menjelang bertelur. Selama ini, jaringan ini hanya ditemukan dalam fosil Tyrannosaurus rex betina.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memahami perilaku sosialisasi dan perbedaan fisik antara jantan dan betina dalam spesies ini. Jika terbukti, ini akan mengubah cara kita memahami paleobiologi. Peneliti bersiap untuk memperluas studi ke fosil dari berbagai belahan dunia, termasuk Tiongkok dan Amerika Selatan.
Salah satu hasil menarik dari penelitian ini adalah kemampuan ilmuwan untuk mengevaluasi kembali spesies hadrosaurus berdasarkan jenis kelamin. Peneliti juga berharap dapat menguji apakah variasi bentuk jambul atau hiasan kepala ditemukan berdasarkan gender.
Hebatnya, penemuan ini menunjukkan bahwa studi tentang perilaku dinosaurus tidak hanya tentang cara mereka bertahan hidup tetapi juga interaksi sosial dalam konteks perkawinan. Ini memberikan gambaran bahwa bahkan dalam kehidupan miliaran tahun lalu, ada cerita pribadi di balik setiap fosil.
Dr. Yoshitsugu Kobayashi berpendapat bahwa penelitian ini memperlihatkan bahwa tulang dapat menyimpan “jejak kehidupan pribadi” makhluk purba. Ia menyampaikan kesan bahwa cedera pada tulang dapat menceritakan momen-momen intim dari kehidupan dinosaurus.
Dengan potensi untuk mendemonstrasikan perilaku dan interaksi lebih dalam dari dinosaurus, penelitian ini menggarisbawahi pentingnya kajian osteobiografi. Hal ini menjadi jembatan untuk memahami lebih jauh tentang ekologi dan tingkah laku dinosaurus yang selama ini sulit diajamkan.
Baca selengkapnya di: www.suara.com