Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arif Satria, baru-baru ini mengungkapkan strateginya untuk memperkuat ekosistem riset di Indonesia. Salah satu langkah utama adalah menggandeng Danantara, superholding BUMN, dalam upaya pendanaan riset. Arif menegaskan bahwa keberhasilan riset dan inovasi berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.
Dalam sambutannya usai dilantik, Arif mencatat pentingnya memperbanyak peneliti di tanah air. "Jumlah peneliti kita masih relatif kecil dibandingkan negara lain," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada banyak ruang untuk berkembang, terutama dalam hal R&D (research and development).
BRIN berkomitmen untuk melakukan konsolidasi nasional. Arif ingin memperkuat kemitraan dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) untuk memperluas jaringan peneliti. "Kami juga akan meningkatkan kualitas penelitian dan infrastruktur," ungkapnya.
Peningkatan jumlah peneliti menjadi fokus utama dalam upaya ini. Saat ini, proporsi peneliti di Indonesia per sejuta penduduk masih jauh di bawah negara-negara seperti Thailand dan Korea Selatan. Arif menyatakan bahwa pengelolaan talenta sangat penting untuk menjembatani kesenjangan ini.
Kemitraan dengan Danantara
Kemitraan dengan Danantara diharapkan dapat mengatasi tantangan pendanaan riset. Arif memandang Danantara sebagai mitra strategis dalam mendukung kemajuan ekonomi dan industri. "Sumber pembiayaan dari berbagai sektor, termasuk industri, sangat penting bagi kelanjutan riset," tegasnya.
BRIN berencana membuka lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi. Melalui pendekatan ini, Arif yakin bisa meningkatkan efektivitas riset nasional. Fokus pada ekosistem yang terintegrasi diharapkan mampu memfasilitasi pencapaian target-target riset yang lebih ambisius.
Meningkatkan Aksesibilitas Riset
Untuk meningkatkan aksesibilitas penelitian, BRIN akan bekerja sama dengan berbagai lembaga. Ini termasuk melibatkan universitas dan institusi penelitian di seluruh Indonesia. Langkah-langkah ini dimaksudkan untuk menciptakan sinergi yang lebih baik dalam pelaksanaan riset.
Arif menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Baik itu kementerian, lembaga, atau universitas, semuanya memiliki peran penting dalam ekosistem riset. Dengan bekerja sama, diharapkan hasil-hasil riset akan lebih aplikatif dan dapat langsung diterapkan dalam industri.
Tantangan yang Dihadapi
Meski memiliki rencana ambisius, Arif tetap menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah memastikan adanya dana yang memadai untuk setiap proyek riset. Dia menyadari bahwa tanpa dana yang cukup, upaya peningkatan kualitas dan jumlah peneliti tidak akan maksimal.
Ketidakpastian pendanaan selama ini menjadi faktor penghambat. Oleh karena itu, pendekatan infusi dana dari Danantara dan sektor swasta menjadi sangat penting. Arif berkomitmen untuk memastikan semua stakeholder berkontribusi secara aktif dalam pendanaan riset.
Dampak Terhadap Ekonomi
Melihat dari sisi ekonomi, investasi dalam bidang riset dan inovasi dapat membawa dampak signifikan. Arif mencatat bahwa negara dengan skor inovasi yang tinggi cenderung memiliki GDP per kapita yang lebih baik. Dia mengajak semua pihak untuk mendukung agenda peningkatkan riset dan inovasi.
Dengan pendekatan yang lebih sistematis, diharapkan Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dalam hal riset. Keselarasan antara pendidikan, industri, dan riset akan menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.
Riset yang kuat adalah fondasi bagi kemajuan ekonomi Indonesia. Melalui kolaborasi yang efektif, peningkatan pendanaan serta penguatan jumlah peneliti, BRIN di bawah kepemimpinan Arif Satria berharap dapat mewujudkan visi ini.
Baca selengkapnya di: teknologi.bisnis.com