Israel Diduga Mencuri 17.000 Artefak Berharga dari Museum Sejarah Gaza: Apa Dampaknya?

Otoritas Palestina baru-baru ini mengungkapkan tuduhan serius terhadap Israel, yang dituduh telah mencuri lebih dari 17.000 artefak arkeologi dari Museum Istana Al-Basha di Gaza. Tuduhan ini muncul setelah serangan intensif yang berlangsung selama dua tahun di wilayah tersebut. Museum yang bersejarah ini dihancurkan dalam serangan udara yang terjadi pada Desember 2023. Malangnya, hanya sekitar 20 artefak yang berhasil ditemukan dari reruntuhan bangunan tersebut.

Museum Al-Basha adalah sebuah bangunan yang dibangun pada abad ke-13. Sebelumnya, tempat ini pernah berfungsi sebagai benteng, kediaman pemerintah, dan akhirnya diubah menjadi museum. Di dalamnya terdapat koleksi artefak dari berbagai era, termasuk Mamluk, Ottoman, Bizantium, Romawi, hingga prasejarah. Pengawas restorasi arkeologi museum, Hamouda al-Dahdar, menjelaskan bahwa kerugian besar ini dapat terjadi karena Israel diduga telah memindahkan artefak sebelum bangunan tersebut hancur total.

Kementerian Pariwisata dan Purbakala Palestina menyatakan bahwa penghancuran Museum Al-Basha merupakan bagian dari ratusan situs arkeologi lainnya yang juga ditargetkan oleh tentara Israel. Menurut mereka, tindakan ini adalah usaha sistematis untuk menghapus identitas dan warisan sejarah Palestina. Ini semakin menegaskan kekhawatiran akan pelestarian sejarah di kawasan tersebut.

Data menunjukkan bahwa artefak yang hilang termasuk tembikar, koin, dan peninggalan kuno yang tak ternilai harganya. Kehilangan ini bukan hanya kerugian bagi Gaza, tetapi juga bagi dunia arkeologi secara keseluruhan. Artefak-artefak tersebut tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga mengandung informasi penting mengenai kebudayaan dan peradaban di wilayah tersebut.

Tuduhan ini diungkapkan dalam konteks yang lebih luas mengenai konflik antara Israel dan Palestina. Setiap serangan militer sering kali mengakibatkan kerusakan yang tidak hanya fisik, tetapi juga terhadap warisan budaya. Para ahli sejarah dan arkeologi khawatir bahwa hilangnya artefak tersebut akan mengakibatkan kehilangan informasi yang kritis bagi generasi mendatang.

Pengawasan internasional terhadap tindakan ini telah meningkat. Beberapa organisasi hak asasi manusia telah menyerukan penyelidikan independen terhadap penghancuran situs-situs sejarah dan pencurian artefak. Banyak pihak berpandangan bahwa tindakan semacam itu tidak hanya melanggar hukum internasional, tetapi juga merusak warisan peradaban manusia secara keseluruhan.

Berita mengenai hilangnya artefak ini mengejutkan banyak kalangan. Peneliti dan akademisi yang fokus pada sejarah dan arkeologi di Timur Tengah menekankan pentingnya untuk melindungi situs-situs bersejarah. Artefak yang hilang harus dipandang sebagai bagian dari warisan kolektif umat manusia, yang terancam oleh konflik dan ketegangan politik.

Tindakan yang diambil oleh Israel terhadap Museum Al-Basha menggambarkan dampak lebih luas dari konflik tersebut. Tidak hanya manusia yang menjadi korban, tetapi juga sejarah dan budaya yang mengikat masyarakat. Setiap artefak yang hilang adalah sebuah cerita yang tidak akan pernah bisa kembali.

Penting untuk terus memantau situasi ini, terutama terkait dengan upaya pemulihan artefak dan situs budaya yang hilang. Komunitas internasional perlu bersatu untuk memastikan bahwa warisan sejarah tidak menjadi korban dari konflik yang berkepanjangan. Setiap langkah yang diambil untuk melindungi, merestorasi, dan mengembalikan artefak yang hilang adalah langkah menuju pengakuan terhadap nilai sejarah dan budaya yang tak ternilai.

Baca selengkapnya di: tekno.sindonews.com
Exit mobile version