Di Guangdong, China, telah ditemukan sebuah kawah benturan meteor raksasa yang bernama Jinlin Crater. Kawah ini kini tercatat sebagai kawah “modern” terbesar yang ada di Bumi. Temuan ini diteliti oleh tim dari Shanghai dan Guangzhou, dan diumumkan dalam beberapa publikasi ilmiah pada November 2025.
Jinlin Crater memiliki diameter antara 820 hingga 900 meter dan kedalaman sekitar 90 meter. Ukurannya jauh lebih besar dibandingkan kawah Macha di Rusia, yang sebelumnya dianggap sebagai kawah Holosen terbesar dengan diameter sekitar 300 meter. Periode Holosen dimulai sekitar 11.700 tahun lalu setelah berakhirnya zaman es terakhir.
Para peneliti memperkirakan bahwa Jinlin terbentuk pada awal hingga pertengahan periode Holosen. Penelitian ini dilakukan berdasarkan jejak erosi tanah di sekitarnya. Menariknya, kawah ini dalam kondisi yang sangat baik meskipun berada di wilayah dengan iklim ekstrem. Guangdong terkenal dengan curah hujan tinggi dan kelembaban yang tinggi, yang biasanya mempercepat kerusakan struktur batuan.
Namun, kawah Jinlin justru mampu bertahan. Keberadaan lapisan granit lapuk di sekitarnya berfungsi sebagai “pelindung alami” yang menjaga bentuk kawah tetap utuh. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan yang menguntungkan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan struktur geologis.
Bukti bahwa kawah ini berasal dari tumbukan benda luar angkasa ditemukan pada batuan granit di sekitarnya. Peneliti menemukan pecahan kuarsa dengan pola kerusakan mikroskopis yang dikenal sebagai planar deformation features. Struktur ini hanya terbentuk ketika batuan mengalami tekanan ekstrem antara 10 hingga 35 gigapascal. Tekanan sebesar itu tidak mungkin dihasilkan oleh proses geologi Bumi seperti letusan gunung atau pergeseran lempeng.
Berdasarkan ukuran kawah, dapat disimpulkan bahwa objek yang menabrak adalah meteorit, bukan komet. Jika berasal dari komet, kawah yang terbentuk seharusnya jauh lebih besar, mencapai 10 kilometer lebar. Namun, komposisi meteorit tersebut—apakah terbuat dari batuan atau besi—masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Penemuan Jinlin Crater mengundang kembali perhatian akan seberapa sering Bumi mengalami hantaman benda langit di periode geologi terbaru. Meskipun secara teori seluruh permukaan Bumi memiliki peluang yang sama tertimpa objek luar angkasa, bukti di lapangan tidak tersebar merata. Banyak kawah purba hilang akibat erosi, tertimbun sedimen, atau tertutup oleh area yang jarang diteliti.
Fakta bahwa kawah sebesar ini bisa “tersembunyi” selama ini menunjukkan masih banyak kemungkinan struktur serupa yang belum ditemukan, terutama di wilayah terpencil. Penemuan ini memberi contoh tentang bagaimana sebuah kawah dapat bertahan dalam jangka waktu lama berkat kondisi lingkungan yang menguntungkan.
Para peneliti berharap studi lanjutan di lokasi ini dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang frekuensi tumbukan meteorit pada masa Holosen. Mereka juga ingin menggali lebih dalam bagaimana proses alam dapat mempertahankan atau menghapus jejak tersebut. Penelitian ini diharapkan memperkaya pemahaman tentang distribusi objek luar angkasa kecil yang pernah menghantam Bumi.
“Setiap kawah adalah catatan sejarah Bumi,” ungkap Ming Chen, salah satu peneliti terkait. Temuan seperti Jinlin sangat penting untuk menyusun informasi mengenai peristiwa kosmik yang membentuk permukaan planet kita. Penelitian lebih lanjut di lokasi ini akan memberi wawasan yang lebih baik tentang sejarah geologis Bumi.
Baca selengkapnya di: www.suara.com