Cloudflare Lumpuhkan Layanan IT: Ketergantungan Infrastruktur Asing RI Terungkap, Apa Dampaknya?

Gangguan layanan Cloudflare pada 18 November 2025 mengakibatkan lumpuhnya berbagai situs di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Insiden ini menyoroti ketergantungan Indonesia pada infrastruktur digital asing yang rentan. Cloudflare mengelola lebih dari 20% website global. Hal ini menunjukkan bahwa ketika salah satu penyedia infrastruktur mengalami masalah, dampaknya dapat meluas.

Heru Sutadi, Pengamat Telekomunikasi dari Indonesia ICT Institute, menyatakan bahwa ketergantungan pada satu penyedia dapat menciptakan risiko besar. Meskipun Cloudflare memiliki sistem yang terdistribusi dan redundan, kehadiran single point of failure (SPOF) tetap tidak terhindarkan. Kegagalan pada modul konfigurasi atau mitigasi bot dapat menyebabkan banyak layanan terganggu.

“Insiden ini menjadi peringatan bagi Indonesia,” ujar Heru. Jika platform digital nasional, termasuk e-commerce dan layanan pemerintahan, bergantung pada penyedia global, risiko outage dapat menjalar ke seluruh ekosistem domestik. Oleh karena itu, penting untuk memperkuat infrastruktur digital nasional.

Ketua Umum Indonesia Cybersecurity Forum, Ardi Sutedja, menekankan bahwa kejadian ini menunjukkan kerapuhan sistem pada perusahaan teknologi besar. “Tidak ada sistem yang sepenuhnya kebal,” ungkapnya. Gangguan ini berdampak signifikan pada miliaran pengguna dan banyak organisasi yang mengalami kerugian besar. Mirror melaporkan kerugian akibat outage Cloudflare bisa mencapai Rp250 triliun per jam.

Ian Joseph Matheus Edward, Pengamat Telekomunikasi dari ITB, mengungkapkan bahwa gangguan ini mungkin disebabkan oleh prosedur operasional yang tidak berjalan dengan baik. Pembaruan sistem atau patch perangkat lunak yang gagal dapat berkontribusi terhadap masalah ini. Layanan seperti CDN dan DNS terpengaruh, yang menyebabkan alamat IP tidak dikenali.

Dampak nyata dirasakan oleh penyedia hosting dan CDN di Indonesia. “Kerugian tidak hanya material, tetapi juga immaterial,” tegas Ian. Ketidakmampuan mengakses layanan dapat menurunkan citra perusahaan. Selain itu, banyak penyedia dibebani dengan risiko karena tidak memiliki opsi cadangan yang memadai.

CTO Cloudflare, Dane Knecht, meminta maaf atas gangguan besar itu. Dia menjelaskan bahwa insiden itu disebabkan oleh bug laten setelah pengubahan konfigurasi rutin. Hal ini telah menyebabkan kegagalan berantai yang memengaruhi ratusan layanan. “Ini bukan serangan,” jelas Knecht.

Cloudflare sedang melakukan perbaikan untuk mencegah insiden serupa. Mereka terus memantau situasi untuk memastikan layanan pulih sepenuhnya. Meskipun beberapa kesalahan dan latensi terjadi, tim Cloudflare mengupayakan perbaikan agar operasional kembali normal.

Kejadian ini menjadi refleksi bagi ekosistem digital Indonesia. Kebergantungan pada penyedia layanan asing menunjukkan perlunya strategi yang lebih baik untuk memastikan keberlanjutan dan keamanan layanan. Pertumbuhan sektor digital tidak boleh hanya bergantung pada satu penyedia global. Investasi dalam infrastruktur lokal menjadi kunci untuk meningkatkan ketahanan.

Dengan semakin pentingnya teknologi digital, muncul tantangan baru yang perlu dihadapi. Peningkatan kapasitas infrastruktur lokal dan pengembangan kebijakan yang mendukung menjadi langkah krusial. Langkah-langkah tersebut bisa mengurangi dampak dari ketergantungan yang berlebihan pada penyedia asing. Upaya ini harus dilakukan untuk melindungi ekonomi digital Indonesia dari risiko yang dihadapi.

Baca selengkapnya di: teknologi.bisnis.com
Exit mobile version