G4S, perusahaan keamanan multinasional, menyampaikan bahwa banyak korporasi di Indonesia mulai beralih ke sistem keamanan berbasis biometrik. Dalam laporan berjudul World Security Report 2025, ditemukan bahwa 55% perusahaan di Indonesia berencana menerapkan teknologi ini untuk kontrol akses. Angka ini jauh di atas rata-rata global yang hanya 40%.
Biometrik, seperti sidik jari dan pemindai wajah, digunakan untuk memverifikasi identitas. Managing Director G4S Indonesia, Achmad Kosasih, menekankan bahwa adopsi teknologi ini dapat membebaskan petugas keamanan dari tugas-tugas rutin. Hal ini memungkinkan mereka untuk fokus pada analisis yang lebih kompleks dan respons dalam situasi kritis.
G4S juga mencatat bahwa 71% perusahaan Indonesia berencana meningkatkan anggaran keamanan fisik dalam tahun mendatang. Prioritas utama adalah asesmen risiko dan analisis intelijen ancaman. Lebih dari setengah pimpinan keamanan melaporkan bahwa meningkatkan deteksi ancaman adalah fokus utama ke depan.
Melalui pendekatan proaktif, banyak perusahaan berharap dapat mencegah insiden sebelum terjadi. Namun, Achmad menekankan bahwa investasi dalam teknologi saja tidak cukup. Eksekusi dan pelatihan petugas keamanan juga sangat penting. Teknologi baru harus diperkenalkan dengan baik agar petugas nyaman dan mampu mengoperasikannya.
Salah satu pendorong utama adopsi teknologi baru adalah efisiensi. Kecerdasan buatan (AI) akan berperan besar, membantu dalam analisis data yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan. Menurut Achmad, dalam beberapa tahun ke depan, kita akan melihat perusahaan memanfaatkan wawasan AI untuk memperkuat keamanan mereka.
Terdapat tantangan dalam mengimplementasikan teknologi baru. Pelatihan yang memadai menjadi tugas utama agar petugas keamanan dapat memahami dan mendukung penerapan sistem baru. Dengan bimbingan yang tepat, petugas dapat lebih efektif dalam menjaga keamanan.
Dalam beberapa tahun ke depan, industri keamanan di Indonesia diproyeksikan akan mengalami transformasi. Berdasarkan laporan, para pemimpin keamanan bertujuan untuk mengadopsi teknologi baru secara lebih cepat. Hal ini menunjukkan komitmen mereka untuk meningkatkan sistem keamanan yang ada.
Keamanan merupakan prioritas yang tidak bisa dianggap remeh. Dengan meningkatnya ancaman, perusahaan harus mengambil langkah yang tepat. Biometrik dan teknologi canggih lainnya dapat menjadi solusi yang efektif untuk menyikapi isu ini.
Banyak korporasi mulai menyadari bahwa pendekatan yang reaktif tidak lagi memadai. Mereka mencari cara untuk lebih proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi ancaman. Ini mencerminkan perubahan paradigma dalam cara perusahaan melihat dan menghadapi tantangan keamanan.
G4S menegaskan bahwa dalam lingkungan yang semakin kompleks saat ini, menggabungkan teknologi dengan keterampilan manusia sangat penting. Melalui kolaborasi antara keduanya, perusahaan dapat menciptakan sistem keamanan yang lebih robust.
Dengan penerapan biometrik dan AI, masa depan keamanan di Indonesia terlihat menjanjikan. Perubahan ini diyakini dapat membawa dampak positif bagi efisiensi dan efektivitas kerja tim keamanan di setiap organisasi. Keamanan bukan sekadar untuk mencegah insiden, tetapi juga untuk menciptakan iklim kerja yang lebih aman dan nyaman.
Baca selengkapnya di: teknologi.bisnis.com