Studi Ungkap: Pemilik Peliharaan Percaya Anjing dan Kucing Mereka Punya Emosi yang Dalam

Studi terbaru menunjukkan bahwa banyak pemilik hewan peliharaan, terutama pemilik anjing dan kucing, percaya bahwa hewan mereka memiliki emosi kompleks. Emosi tersebut termasuk rasa cemburu, bangga, malu, dan bahkan rasa bersalah. Temuan ini dipublikasikan di dalam jurnal Anthrozoos.

Penelitian ini melibatkan 261 pemilik anjing dan kucing di Inggris barat daya. Peserta berumur minimal 30 tahun dan tinggal di rumah tangga biasa. Mereka diminta mengisi kuesioner mengenai ikatan mereka dengan hewan peliharaan serta jenis emosi yang mereka yakini ada pada hewan tersebut. hasilnya menunjukkan bahwa banyak pemilik percaya hewan mereka dapat merasakan berbagai emosi rumit.

Pengaruh Persepsi Sosial

Peneliti mengamati fenomena anthropomorphism. Yaitu ketika manusia memberikan sifat manusia pada hewan. Salah satu alasan mengapa pemilik hewan mengatribusikan emosi kompleks kepada hewan mereka adalah motivasi sosial. Ketika individu merasa kurang terhubung dengan orang lain, mereka lebih cenderung mencari hubungan emosional dengan hewan peliharaan mereka.

Penelitian ini konsisten dengan studi sebelumnya yang menunjukkan orang yang merasa kesepian lebih cenderung memberi sifat manusiawi pada hewan peliharaan mereka. Penelitian ini memperluas temuan tersebut dengan melibatkan populasi yang beragam dalam hal usia dan situasi hidup.

Kondisi Sosial yang Dinilai

Kuesioner dalam penelitian ini menilai dua jenis kondisi sosial. Pertama adalah Structural Social Disconnection. Ini mengukur seberapa banyak interaksi sosial yang dimiliki seseorang. Misalnya, berapa banyak orang yang tinggal bersama dan frekuensi bertemu teman. Kedua, Interpersonal Sensitivity mengukur rasa cemas dalam hubungan dekat.

Hasilnya menunjukkan peserta dengan tingkat sensitivitas interpersonal tinggi lebih sering menganggap hewan peliharaan mereka mampu merasakan emosi kompleks. Mereka tidak hanya percaya bahwa hewan dapat merasakan emosi dasar, tetapi juga perasaan-perasaan yang biasanya diasosiasikan dengan manusia, seperti rasa cemburu dan kecewa.

Perbedaan Antara Anjing dan Kucing

Studi ini menemukan sedikit perbedaan antara pemilik anjing dan kucing. Pemilik anjing lebih cenderung menganggap hewan peliharaan mereka memiliki emosi rumit. Sementara pemilik kucing lebih sering mengatribusikan emosi dasar. Namun, kedua kelompok sama-sama percaya bahwa hewan peliharaan mereka mampu merasakan cinta dan empati.

Menariknya, usia pemilik tidak mempengaruhi tingkat keterikatan dengan hewan. Namun, usia mempengaruhi cara mereka membayangkan emosi hewan tersebut. Peserta yang lebih tua menunjukkan pandangan yang lebih dalam tentang emosi keridhaan hewan peliharaan mereka.

Dukungan Emosional dari Hewan Peliharaan

Kuesioner juga menanyakan kepada peserta siapa yang mereka datangi dalam situasi sulit, seperti saat sakit atau berduka. Sebagian besar peserta mengakui dukungan manusia lebih kuat. Namun, lebih dari 40% menyatakan dukungan emosional dari hewan peliharaan sama pentingnya dengan dukungan manusia.

Penelitian mencatat bahwa pemilik yang tinggal sendirian atau tidak bekerja lebih mengandalkan hewan peliharaan untuk dukungan emosional dibandingkan mereka yang bekerja atau memiliki anak. Temuan ini merefleksikan kebutuhan manusia akan interaksi sosial.

Motivasi Nurturance dalam Menafsirkan Perilaku Hewan

Selain itu, nurturance motivation atau dorongan untuk merawat makhluk lain juga mempengaruhi cara pemilik menafsirkan perilaku hewan mereka. Pemilik tanpa anak lebih mungkin menafsirkan tindakan hewan peliharaan sebagai bentuk emosi kompleks.

Misalnya, seekor anjing yang menunggu di pintu bisa diartikan sebagai rasa cemburu, bukan hanya kebiasaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan pemilik terhadap emosi hewan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis dan sosial mereka sendiri.

Peneliti Elizabeth S. Paul menyatakan bahwa walaupun tidak semua hewan memiliki emosi rumit seperti manusia, persepsi pemilik sangat tergantung pada bagaimana mereka menjalin hubungan sosial. Penelitian ini membuka wawasan baru tentang bagaimana pemilik mengaitkan emosi pada hewan, berdasarkan kondisi yang mereka alami.

Berita Terkait

Back to top button