Peringatan tentang risiko jamur aktif berbahaya pada mumi Guanajuato di Meksiko menarik perhatian publik. Temuan ini berasal dari Institut Nasional Antropologi dan Sejarah (INAH) yang menemukan bercak jamur hidup pada salah satu mumi dalam pameran tahun 2023.
Keberadaan jamur ini memunculkan kekhawatiran akan potensi paparan spora berbahaya bagi pengunjung. Terlebih lagi, jamur dapat tumbuh dengan baik di lingkungan yang lembap dan pada bahan organik. Ketika pengunjung mendekati mumi, ada kemungkinan mereka dapat menghirup spora jamur tersebut.
Mumi-mumi dari Guanajuato bukanlah hasil proses pembalsaman seperti mumi Mesir. Mereka terawetkan secara alami sejak abad ke-19. Mayat-mayat ini ditemukan dalam kondisi yang menguntungkan, yaitu tanah kering yang kaya mineral dan ruang makam tertutup rapat. Hal ini membuat kondisi tubuh tetap terjaga dengan baik.
Koleksi mumi Guanajuato ini dimulai pada tahun 1860-an. Jenazah yang tidak dapat dibiayai pemakamannya kemudian digali kembali. Saat itu, bukan tulang belulang yang ditemukan, melainkan tubuh yang masih tampak utuh. Penemuan tersebut menghasilkan daya tarik wisata, dan mumi-mumi tersebut kini dipamerkan dalam kotak kaca.
Namun, pameran semacam ini kerap mendapat kritik karena dianggap tidak menghormati jenazah. Kini, kritik tersebut beralih pada risiko kesehatan akibat jamur yang muncul. Penelitian sebelumnya pada mumi lain menunjukkan bahwa beberapa jamur dapat menghasilkan mikotoksin. Zat ini dapat berbahaya bila terhirup atau tersentuh oleh manusia.
Mikotoksin telah terdeteksi dalam studi laboratorium pada kain pembungkus mumi. Ini menunjukkan adanya risiko bagi mereka yang bekerja dekat dengan objek terkontaminasi. Di museum, jamur juga dapat merusak unsur organik seperti kayu dan tekstil. Ini menjadi masalah lagi bagi staf yang terpapar setiap hari.
Kisah tentang kutukan makam sering kali memiliki dasar ilmiah. Pada tahun 1970-an, penemuan di makam Raja Casimir IV menyebabkan banyak kematian di antara orang-orang yang hadir. Penelitian menemukan adanya jamur berbahaya di dalam ruang tersebut.
Pesan dari penelitian mengingatkan kita pada bahaya biologis di ruang tertutup. Para pekerja yang memasuki ruang seperti mumi berpotensi mengalami masalah pernapasan, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit asma.
Meskipun museum memiliki sistem yang dikontrol, risiko tetap ada. Sebuah studi di Eropa menunjukkan bahwa jamur xerophilic dapat tumbuh meski kelembapan dijaga rendah. Ini menunjukkan bahwa mumi yang tampak kering tidak selalu bebas dari kontaminasi jamur.
Risiko bagi pengunjung yang hanya berada di dekat mumi selama beberapa menit dianggap rendah. Sebagian besar orang sehat dapat menangani paparan jamur sehari-hari. Namun, pemandu wisata dan pekerja museum adalah mereka yang paling rentan.
Pengunjung dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti asma, harus lebih berhati-hati. Diskusi mengenai etika perlakuan terhadap jenazah juga semakin mendalam. Perlindungan terhadap mumi bukan hanya untuk konservasi sejarah tetapi juga demi keselamatan publik.
Para ilmuwan merekomendasikan beberapa langkah untuk meminimalkan risiko. Ini mencakup peningkatan pengaturan suhu dan kelembapan, penggunaan kotak penyimpanan yang lebih aman, serta pengawasan kualitas udara. Beberapa museum yang menyimpan mumi Mesir telah menerapkan langkah-langkah ini dengan baik.
Menjaga warisan budaya sangat penting, namun keselamatan publik juga harus menjadi prioritas utama. Berbagai langkah penanganan yang tepat dapat membantu melindungi pengunjung serta melestarikan sebuah peninggalan sejarah yang berharga.





