Kerusakan lingkungan di Raja Ampat yang viral di media sosial tengah menjadi perhatian publik. Namun, beberapa foto yang beredar luas menampilkan pemandangan hutan gundul dan kerusakan berat di kawasan tersebut justru dicurigai sebagai hasil rekayasa kecerdasan buatan (AI). Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) serta pakar keamanan siber memberikan klarifikasi terkait fenomena ini untuk meluruskan informasi sekaligus mengingatkan masyarakat mengenai risiko penyebaran konten palsu.
Masyarakat Diminta Bijak Menyikapi Isu Kerusakan Raja Ampat
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan pentingnya sikap kritis masyarakat dalam menanggapi foto-foto yang menunjukkan kerusakan di Pulau Piaynemo dan Pulau Gag, Raja Ampat. Foto-foto tersebut banyak diunggah di media sosial yang mengaitkannya dengan aktivitas penambangan nikel. Namun, berdasarkan observasi dan data resmi, kondisi lingkungan pariwisata utama di Kepulauan Raja Ampat tersebut tidak dalam keadaan rusak parah seperti yang divisualisasikan oleh unggahan viral.
Bahlil bahkan menunjukkan sejumlah foto yang menampilkan kondisi sebenarnya dengan label ‘hoaks’ berwarna merah untuk membantah klaim kerusakan. “Sebagai lokasi wisata utama, Piaynemo tetap terjaga dan tidak mengalami kerusakan lingkungan seperti yang beredar,” katanya.
Kementerian Komunikasi: Foto Viral Kemungkinan Buatan AI
Direktur Kemitraan Komunikasi Lembaga dan Kehumasan Komdigi, Marroli J. Indarto, menyampaikan bahwa perkembangan teknologi AI saat ini membuat pembeda foto asli dan hasil generasi AI semakin sulit dikenali secara mudah oleh masyarakat awam. Mengingat foto-foto kerusakan yang viral memiliki ciri khas tertentu, mereka yang berkompeten memerlukan pengecekan lebih mendalam, seperti analisa metadata dan tone gambar untuk memastikan keasliannya.
Marroli juga mengungkap bahwa pemerintah sedang menyiapkan “roadmap AI” yang akan diluncurkan pada Juli mendatang. Roadmap ini bertujuan menjadi fondasi dalam mengatur regulasi terkait penggunaan teknologi kecerdasan buatan, termasuk pengendalian penyebaran konten visual yang direkayasa.
Hoaks Visual dan Bahaya Synthetic Image Propaganda
Pakar keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, mengingatkan bahwa fenomena seperti gambar kerusakan Raja Ampat merupakan bentuk baru hoaks visual atau yang ia namakan “synthetic image propaganda.” Ia menduga gambar-gambar tersebut diproduksi menggunakan platform AI populer seperti Midjourney atau DALL·E, yang mampu menciptakan gambar realistis dalam waktu singkat tanpa keahlian editing tradisional.
Lebih lanjut, Pratama menjelaskan bahwa era mudahnya manipulasi visual menuntut kewaspadaan ekstra masyarakat agar tidak langsung mempercayai konten yang tampaknya autentik namun berpotensi palsu.
Cara Mengenali Foto Hasil AI
Untuk membantu masyarakat membedakan foto asli dan buatan AI, pakar ini menyarankan beberapa langkah penting:
-
Cek Metadata Foto
Foto asli biasanya memiliki data EXIF berisi informasi seperti jenis kamera dan lokasi pengambilan gambar. Gambar AI seringkali tidak menyimpan data ini. -
Waspadai Pola Visual yang Terlalu Sempurna
Gambar dengan pencahayaan yang sangat pas, tekstur bersih, atau suasana sinematik berlebihan patut dicurigai. -
Analisis Konteks Foto
Verifikasi apakah gambar disertai sumber jurnalistik atau berita kredibel. Foto tanpa sumber jelas dan hanya viral di media sosial perlu dicek ulang. - Manfaatkan Fitur Reverse Image Search
Penggunaan Google Images atau TinEye membantu melacak asal usul gambar. Selain itu, tools khusus pendeteksi gambar AI seperti Hive Moderation masih terbatas tapi bisa menjadi opsi.
Pentingnya Literasi Digital dan Tindakan Bersama
Pratama menekankan perlunya meningkatkan literasi digital dan visual agar masyarakat lebih selektif menyikapi informasi visual, khususnya di tengah maraknya kemajuan teknologi AI. Sikap skeptis bukan berarti negatif, melainkan menjadi bagian dari perlindungan diri terhadap manipulasi informasi yang dapat merugikan.
Selain edukasi, ia mengajak pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan platform sosial media untuk bersinergi mengatasi disinformasi. Salah satu rekomendasinya adalah penerapan watermark otomatis pada gambar yang diproduksi AI serta peningkatan sistem pelaporan konten bermasalah secara cepat.
Seluruh langkah ini diharapkan mengurangi dampak hoaks visual sekaligus menjaga ekosistem informasi yang sehat dan terpercaya, khususnya terkait isu lingkungan vital seperti kelestarian Raja Ampat. Dengan pendekatan misinformasi yang terarah, publik dapat memperoleh gambaran yang akurat dan tidak terjebak pada narasi palsu yang merugikan.
