Sampah Diubah Jadi Berkah: Solusi Kreatif Mengurangi Limbah di Kota

Kota besar di Indonesia menghadapi tantangan besar terkait pengelolaan sampah, terutama di aliran sungai. Sampah yang tidak dikelola dengan baik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga berdampak negatif pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk mengubah sampah menjadi berkah semakin mendapatkan perhatian. Salah satu contohnya adalah proyek baru yang dilaksanakan di Surabaya.

Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi lokasi gelombang pertama pelaksanaan proyek kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam penanganan sampah plastik yang mencemari sungai. Proyek ini berfokus pada pencegahan agar sampah tidak mengalir ke laut. Kemitraan ini melibatkan United Nations Development Programme (UNDP) di Indonesia dan Clean Rivers Ltd. dari Abu Dhabi. Kali Tebu di Surabaya akan menjadi lokasi awal dari proyek ini.

Deborah Backus, CEO Clean Rivers Ltd., menjelaskan bahwa program ini merupakan komitmen untuk mengedepankan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam menangani sampah. "Dukungan pendanaan dari Pemerintah UEA akan membantu transformasi penanganan sampah di sungai," ujarnya. Ini merupakan langkah penting mengingat kondisi pencemaran yang masih terjadi di banyak aliran sungai di Indonesia.

Kondisi TPA di Surabaya

Surabaya menghadapi masalah serius dalam penanganan sampah. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo hanya mampu menampung 1.530 ton sampah per hari. Namun, timbulan sampah di kota ini mencapai 1.810 ton per hari, meninggalkan hampir 300 ton sampah yang tidak terkelola. Tantangan ini memerlukan peran aktif dari masyarakat, termasuk melalui bank sampah dan pengelolaan sampah organik.

Bentuk kolaborasi ini terlihat dari program yang telah berjalan di RW 05 Kelurahan Balas Klumprik. Di sini, masyarakat telah berhasil menciptakan sistem pengelolaan sampah anorganik dan organik. Sampah yang dikumpulkan melalui Bank Sampah dan Gerakan Sedekah Sampah (GRADASI) tidak hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak, tetapi juga untuk penanaman mangrove dan urban farming. Inisiatif ini tidak hanya membantu mengelola sampah, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan lingkungan dan pangan lokal.

Inisiatif Berkelanjutan

Rofi Alhanif, Asisten Deputi Ekonomi Sirkular dan Dampak Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, mengungkapkan bahwa penanggulangan sampah di Kali Tebu sangat penting. "Program ini hanyalah salah satu dari berbagai upaya yang akan kami lakukan, termasuk pendekatan sirkular ekonomi," katanya. Pendekatan ini diharapkan dapat memicu lebih banyak inisiatif serupa di daerah lain.

Sementara itu, masyarakat di RW 05 Kelurahan Balas Klumprik menunjukkan bahwa pengelolaan sampah berbasis komunitas dapat berjalan dengan baik. Mereka telah berhasil menciptakan model pengelolaan yang inovatif dan berkesinambungan, memperlihatkan bahwa tindakan kecil dapat memberikan dampak besar jika dikelola dengan benar.

Dengan adanya upaya-upaya kreatif ini, harapan muncul untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke sungai dan laut. Program ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat untuk menghadapi masalah lingkungan yang semakin mendesak.

Kesimpulan dan Harapan untuk Masa Depan

Proyek perubahan sampah menjadi berkah ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia. Dengan penerapan metodologi pengelolaan sampah yang lebih efisien dan pemberdayaan masyarakat, diharapkan kualitas lingkungan dapat meningkat secara signifikan. Penanganan sampah yang lebih baik tidak hanya akan melindungi ekosistem laut tetapi juga memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Upaya berkelanjutan dan dukungan dari semua pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.

Exit mobile version