
Iran melakukan pemblokiran akses internet di negaranya di tengah eskalasi konflik dengan Israel. Langkah ini diambil sebagai upaya membatasi aliran informasi selama perang yang berlangsung, yang dipicu oleh serangan militer Israel ke beberapa target di Iran. Di tengah situasi tersebut, Elon Musk mengaktifkan layanan Starlink di Iran, memberikan alternatif akses internet yang tidak bergantung pada infrastruktur lokal yang diblokir pemerintah.
Pemblokiran Internet di Iran
Pemerintah Iran mengumumkan pemadaman jaringan internet sebagai respons terhadap ketegangan yang meningkat akibat operasi militer Israel. Kementerian Komunikasi Iran menyatakan bahwa pemblokiran ini bersifat sementara dan akan dicabut bila situasi sudah kembali normal. Namun, perkembangan terkini menunjukkan kondisi yang masih belum stabil menyusul serangkaian serangan dan pembalasan antara kedua negara.
Konflik ini bermula sejak serangan udara yang dilancarkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Jumat dini hari, yang dinamakan operasi ‘Rising Lion.’ Serangan ini menargetkan sejumlah fasilitas militer dan instalasi nuklir Iran yang dianggap sebagai ancaman serius oleh Israel. Menurut pihak militer Israel, Iran diduga sudah sangat dekat dengan pengembangan senjata nuklir yang dapat mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan.
Elon Musk Aktifkan Starlink di Iran
Respons luar biasa datang dari Elon Musk yang secara resmi mengaktifkan Starlink, layanan internet satelit miliknya, di wilayah Iran. Melalui akun pribadi di platform X pada Jumat (14/6), Musk menuliskan “Sinarnya menyala,” menandakan layanan internet alternatif itu kini dapat digunakan oleh warga Iran meski jaringan lokal terblokir.
Starlink menawarkan solusi dengan menghubungkan pengguna ke satelit yang berputar di orbit rendah, sehingga dapat memberikan akses internet yang lebih cepat dan stabil tanpa perlu bergantung pada infrastruktur kabel atau seluler yang terkena dampak pemblokiran pemerintah.
Skala Konflik dan Dampaknya
Konflik militer ini telah menyebabkan korban jiwa yang signifikan. Duta Besar Iran untuk PBB melaporkan 78 orang tewas dan lebih dari 320 terluka akibat serangan Israel. Di antara korban tewas terdapat sejumlah pejabat tinggi militer seperti Mayor Jenderal Mohammad Baqeri dan komandan lainnya dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menilai serangan Israel sebagai tindakan kriminal dan memperingatkan bahwa negara tersebut akan menghadapi konsekuensi berat. Iran membalas serangan dengan menggelar operasi oplosan rudal bernama ‘True Promise 3,’ menyerang area Yerusalem, Tel Aviv, dan daerah lain menggunakan roket balistik dan pesawat tak berawak.
Sebagai respons, militer Israel juga memperingatkan warga sipil untuk berlindung dan terus melakukan serangan terhadap instalasi pertahanan Iran, termasuk lokasi peluncur rudal Haj Qassem. Serangan juga menyasar fasilitas bahan bakar penting milik Iran, menyebabkan kebakaran di kilang minyak di ibu kota Teheran.
Dampak Serangan dan Situasi di Tempat
Serangan rudal dan drone dari Iran mengenai berbagai titik di Israel, termasuk kota pelabuhan Haifa yang melaporkan korban dan kerusakan fasilitas. Polisi Israel membenarkan adanya serangan rudal dan memperlihatkan rekaman asap tebal yang mengepul ke langit malam kota tersebut.
Di tengah ketegangan ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji bahwa Iran akan menanggung konsekuensi atas tindakan-tindakannya, terutama yang mengakibatkan kematian warga sipil. Ia menegaskan akan menindaklanjuti operasi militer dengan tegas untuk memastikan keamanan nasional.
Peranan Teknologi Starlink
Aktivasi Starlink oleh Elon Musk memberi harapan baru bagi akses informasi dan komunikasi di tengah krisis. Dengan layanan satelit ini, warga Iran dapat berkomunikasi lebih bebas meski pemerintah melakukan pemblokiran internet yang ketat. Teknologi ini juga mempermudah para jurnalis dan masyarakat sipil mendapatkan berita terkini dan mengirimkan laporan dari lapangan.
Namun, kehadiran Starlink juga menimbulkan dinamika baru terkait kebijakan negara dalam mengontrol informasi. Pemblokiran internet memang bertujuan membatasi penyebaran berita yang dapat memengaruhi stabilitas nasional, tetapi akses alternatif dari luar negeri memperumit pengendalian pemerintah terhadap aliran informasi tersebut.
Situasi di Timur Tengah tetap dinamis dengan serangan dan pembalasan bergantian yang berpotensi meningkat menjadi konflik yang lebih luas. Perkembangan teknologi komunikasi seperti Starlink dimainkan peranan penting dalam menjaga arus informasi tetap lancar ketika akses tradisional terhambat. Pemerintah Iran dan negara-negara lain kini menghadapi tantangan baru dalam mengatur kebijakan internet di tengah ketegangan geopolitik.





