Bola api besar melesat di langit tenggara Amerika Serikat pada Kamis siang, 26 Juni 2025, lalu meledak di atas wilayah Georgia, menimbulkan suara ledakan yang terdengar oleh penduduk setempat. Peristiwa ini menarik perhatian banyak orang dan mendapatkan penjelasan resmi dari NASA serta American Meteor Society (AMS).
Fenomena Bola Api dan Deteksi NASA
Menurut Bill Cooke, pimpinan Kantor Lingkungan Meteoroid NASA, bola api itu pertama kali terdeteksi pada ketinggian 48 mil (sekitar 77 km) di atas kota Oxford, Georgia. Meteor tersebut meluncur dengan kecepatan ekstrem mencapai 30 ribu mil per jam (48.000 km/jam) ke arah barat daya. Material batu antariksa ini memiliki diameter sekitar tiga kaki (kurang lebih 90 cm) dan berat lebih dari satu ton. Ketika bola api tersebut meledak di ketinggian 27 mil (sekitar 43 km) di atas wilayah West Forest, Georgia, energi yang dilepaskan setara dengan 20 ton TNT.
Ledakan tersebut menghasilkan gelombang tekanan yang mencapai permukaan bumi, sehingga suara dentuman dapat didengar oleh banyak warga di daerah sekitarnya. Peristiwa ini menjadi salah satu contoh langka bola api yang melewati atmosfer dan meledak di siang hari.
Laporan Penampakan dan Keunikan Kejadian
American Meteor Society menerima lebih dari 160 laporan bola api yang terlihat di Georgia dan South Carolina. Robert Lunsford dari AMS menyatakan bahwa bola api pada siang hari merupakan fenomena yang sangat jarang terjadi. Statistik menunjukkan bahwa hanya satu dari setiap 700 kejadian bola api terekam pada waktu siang hari. Oleh karena itu, kebanyakan orang tidak pernah menyaksikan peristiwa serupa sepanjang hidup mereka.
Meskipun demikian, bola api yang melintas malam hari cenderung lebih sering terlihat. Misalnya, pada Februari 2024, bola api terlihat melintas di wilayah timur Amerika Serikat dan bagian Kanada, namun kejadian siang hari seperti pada 26 Juni ini tetap tergolong luar biasa.
Perbedaan Meteor, Meteorit, dan Bola Api
NASA menjelaskan perbedaan istilah terkait fenomena ini. Ketika batu antariksa memasuki atmosfer Bumi dan terbakar sebelum mencapai permukaan, benda tersebut disebut meteor. Jika batu tersebut berhasil melewati atmosfer dan mendarat di permukaan Bumi, benda itu dinamakan meteorit. Sementara itu, batu antariksa yang menghasilkan cahaya sangat terang dan menarik perhatian disebut bola api.
Bola api yang terlihat pada siang hari kemarin itu diduga merupakan bagian dari hujan meteor Beta Taurid. Hujan meteor Beta Taurid ini dikenal jarang terlihat dan biasanya aktif dari akhir Juni hingga awal Juli. Puncak aktivitas hujan meteor ini biasanya terjadi sekitar tanggal 25 Juni. Oleh karena itu, waktu kemunculan bola api ini sesuai dengan periode aktif Beta Taurid.
Dampak dan Pengamatan Selanjutnya
Meski ledakan bola api ini menghasilkan energi besar, tidak ada laporan kerusakan atau bahaya signifikan untuk permukiman di bawahnya. Fenomena ini terutama menjadi objek penelitian dan pengamatan dari para ilmuwan meteor dan astronom.
Peristiwa ini juga mendukung pemahaman mengenai dinamika batu antariksa yang memasuki atmosfer Bumi dan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Pemantauan bola api dan meteorit secara rutin membantu memperkirakan risiko jatuhnya benda luar angkasa dan memperkuat upaya mitigasi bencana.
NASA dan American Meteor Society terus menerima laporan dari masyarakat yang menyaksikan fenomena bola api sebagai bagian dari aktivitas observasi mereka. Dengan adanya teknologi pemantauan canggih, diharapkan kejadian bola api langka seperti ini bisa didokumentasikan dengan lebih baik sehingga informasi terpercaya dapat disampaikan kepada publik untuk menambah wawasan mengenai benda luar angkasa yang mendekati Bumi.
