Studi Terbaru: Radar Bumi Terdeteksi dari Jarak 200 Tahun Cahaya

Tim peneliti dari University of Manchester baru-baru ini mengungkapkan bahwa sinyal radar yang dihasilkan oleh berbagai sistem di Bumi, seperti radar bandara sipil dan radar militer, dapat terdeteksi hingga 200 tahun cahaya. Temuan ini menyoroti potensi “technosignature” atau jejak teknologi yang accidentaly dapat ditangkap oleh pengamat dari luar angkasa. Berbeda dengan pendekatan tradisional dalam pencarian kehidupan cerdas di luar Bumi, yang berfokus pada sinyal yang sengaja dikirim, penelitian ini menganalisis kebocoran elektromagnetik dari teknologi radar yang digunakan sehari-hari.

Sinyal radar yang kuat menjadi fokus utama penelitian ini. “Radar bandara yang terus memindai langit untuk mendeteksi pesawat mengirimkan sinyal gabungan sebesar 2 x 10^15 watt,” ungkap Ramiro Caisse Saide, mahasiswa doktoral di University of Manchester dan salah satu penulis studi tersebut. Sinyal radar ini, dikatakan Caisse, cukup kuat untuk terdeteksi oleh teleskop sekelas Green Bank di West Virginia, bahkan dari jarak sejauh 200 tahun cahaya. Untuk membandingkan, Proxima Centauri b, planet terdekat yang mungkin dapat dihuni, hanya berjarak sekitar 4 tahun cahaya dari Bumi.

Radar militer, yang lebih terfokus, menghasilkan emisi puncak yang luar biasa, mencapai 1 x 10^14 watt dalam satu sudut pandang dan dapat tampak hingga 100 kali lebih kuat dari sudut lainnya. “Dari jarak antarbintang, pola sinyal ini akan terlihat sangat ‘buatan’ — indikasi jelas adanya aktivitas teknologi,” tambah Caisse Saide. Penemuan ini menunjukkan bahwa radar dapat berfungsi sebagai salah satu technosignature yang paling mudah dideteksi dari peradaban maju.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan memetakan distribusi radar global dan dampaknya pada sinyal radio yang dipancarkan Bumi. Dengan demikian, mereka dapat melihat bagaimana Bumi akan terlihat dari enam sistem bintang berbeda, termasuk Barnard’s Star dan AU Microscopii. Temuan ini menegaskan bahwa kehadiran sistem radar adalah indikator universal adanya kehidupan cerdas.

Studi ini bukan hanya mengarah pada pemahaman yang lebih baik mengenai potensi kehidupan luar angkasa, tetapi juga menyoroti dampak teknologi manusia terhadap lingkungan luar angkasa. Profesor Michael Garrett dari University of Manchester menyatakan bahwa memahami cara sinyal kita menjelajahi ruang angkasa dapat mengarah pada pengembangan strategi perlindungan spektrum radio serta perancangan sistem radar yang lebih efisien.

Metode yang dihasilkan dari penelitian ini juga memiliki aplikasi luas, mulai dari astronomi hingga pemantauan dampak aktivitas manusia di luar angkasa. “Penelitian ini tidak hanya memungkinkan kita untuk dekat dengan jawaban atas pertanyaan besar ‘Apakah kita sendirian di alam semesta?’, tetapi juga mendukung upaya untuk mengelola dampak teknologi kita terhadap Bumi dan ruang angkasa,” ujarnya.

Dengan berkembangnya teknologi, penelitian ini memberikan jalan baru dalam pencarian kehidupan cerdas di luar Bumi, serta memperingatkan kita akan konsekuensi dari jejak teknologi yang diciptakan manusia, menjadikan tema ini relevan tidak hanya dalam konteks astronomi, tetapi juga bagi keberlanjutan planet kita.

Berita Terkait

Back to top button