Aura Farming adalah istilah viral yang tengah ramai diperbincangkan di media sosial, baik di Indonesia maupun secara global. Istilah ini mengacu pada usaha seseorang untuk terus menunjukkan citra ‘keren’ atau ‘hebat’ dengan menciptakan dan membangun momen ‘aura’ yang mampu menarik perhatian publik. Popularitas kata ini semakin meningkat sejak pertengahan 2024, terutama di kalangan pengguna platform seperti TikTok, Instagram, dan X (sebelumnya Twitter).
Asal-usul dan Perkembangan Aura Farming
Menurut laman Know Your Meme, Aura Farming mulai dikenal luas setelah sebuah video diunggah oleh akun TikTok @h.chua_212 pada 28 Januari 2024. Video tersebut menampilkan aktivitas bowling bersama teman-temannya dengan konteks ‘Aura Farming’ dan berhasil menarik jutaan penonton. Istilah ini kemudian makin populer di komunitas anime yang menggunakannya untuk menggambarkan karakter-karakter yang berusaha tampil ‘keren’ demi menunjukkan kehadiran mereka.
Contohnya, pada 13 September 2024, pengguna X @scubaryan_ mengomentari video rapper Duke Dennis yang menggoyangkan anggur di tangannya dengan cara unik, yang dianggap sebagai contoh ‘Aura Farming’. Selanjutnya, di akhir tahun 2024, diskusi mengenai aura antara karakter anime seperti Picollo dari Dragon Ball dan Killua dari Hunter X Hunter juga memperlihatkan penggunaan istilah ini dalam konteks penggemar anime.
Google Trends mencatat bahwa ‘Aura Farming’ mulai viral secara global sejak pertengahan 2024, dengan puncak popularitasnya terjadi pada akhir tahun. Sementara di Indonesia, istilah ini baru mulai dikenal luas sejak Juni 2024.
Aura Farming dalam Dunia Gaming dan Hiburan
Istilah Aura Farming semakin melekat di kalangan generasi muda, terutama Gen Z dan Alpha. Mereka biasa menggunakan istilah tersebut saat bermain gim atau menonton anime. Misalnya, pada gim seperti Elden Ring, pemain dianggap berhasil ‘menanam aura’ jika mereka melakukan aksi-aksi yang dinilai spektakuler dan pamer gaya saat bermain. Ini juga dapat berupa posisi berdiri di latar belakang yang keren sambil mengenakan perlengkapan lengkap, yang kemudian dibagikan di siaran langsung atau media sosial.
Fenomena ini juga mencakup para streamer YouTube yang cenderung memilih memainkan gim dengan gaya yang lancar dan penuh seni, bukan sekadar kecepatan dan keterampilan. Keseluruhan tren ini menunjukkan adanya orientasi pada penciptaan citra yang memikat dan menarik perhatian audiens.
Tarian Aura Farming Pacu Jalur yang Viral di Indonesia dan Internasional
Salah satu momen paling fenomenal dari Aura Farming terjadi di dunia nyata melalui Rayyan Arkan Dikha, yang menampilkan tarian di atas perahu tradisional Pacu Jalur dari Kabupaten Kuantan Singingi. Tarian ini mendapatkan perhatian luas di media sosial dan menjadi tren baru.
Keunikan tarian Aura Farming Pacu Jalur juga menarik perhatian selebritas internasional, seperti DJ Steve Aoki. Melalui akun TikTok @steveaoki, DJ asal Amerika Serikat ini mengunggah video saat dirinya menari dengan gaya serupa di atas panggung saat tampil di Portugal. Dalam video tersebut, Steve Aoki tanpa mengenakan baju mengajak penonton mengikuti tren tarian tersebut dan menyebutnya dengan kalimat “Indonesian boat race aura farming 92% accuracy”.
Selain Steve Aoki, beberapa pemain sepak bola dari klub elite Paris Saint-Germain (PSG) juga tertarik mengikuti tren tarian Aura Farming ini. Hal ini menunjukkan bagaimana budaya lokal Indonesia—khususnya dari tradisi Pacu Jalur—bisa merambah ke kancah hiburan dan olahraga internasional lewat media sosial.
Fenomena Aura Farming sebagai Representasi Kreativitas Digital
Aura Farming bukan hanya sekadar tren gaya atau tarian, tetapi merupakan refleksi dari cara generasi muda memanfaatkan teknologi digital untuk mengekspresikan diri secara kreatif. Aktivitas ini melibatkan kombinasi teknik visual, gaya personal, dan interaksi sosial di dunia maya.
Fenomena ini pun memicu diskusi lebih jauh tentang bagaimana budaya tradisional seperti Pacu Jalur dapat dihidupkan kembali dan dipromosikan melalui pendekatan modern. Seperti yang diilustrasikan lewat tarian Rayyan Arkan Dikha dan respons selebritas internasional, integrasi budaya lokal dengan tren digital membuka peluang baru bagi ekspansi budaya Indonesia di panggung global.
Dengan meningkatnya penggunaan istilah Aura Farming di berbagai platform dan kalangan, fenomena ini juga memperkuat pentingnya memahami dinamika sosial media dalam pembentukan tren budaya masa kini. Ke depan, Aura Farming berpotensi menjadi contoh bagaimana bahasa slang digital dapat menjembatani interaksi lintas budaya, meningkatkan kreativitas, sekaligus mendorong pelestarian nilai-nilai tradisional secara inovatif.
