Indonesia Berada di Persimpangan: Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi

Dalam konteks global yang semakin terhubung, Indonesia saat ini berdiri di persimpangan penting dalam bidang teknologi informasi. Tantangan sistem yang dihadapi semakin kompleks, dengan lonjakan ancaman siber dan kebutuhan komputasi yang semakin tinggi. Pelaku industri di Tanah Air kini dihadapkan pada pilihan untuk beradaptasi dengan teknologi baru, seperti kecerdasan buatan (AI) dan cloud computing, atau tetap terjebak dalam pola pikir konvensional.

Dengan angka kerugian global akibat serangan siber yang mencapai Rp10,5 triliun, keamanan teknologi informasi menjadi isu kritis bagi pelaku industri. “Perusahaan membutuhkan pusat data yang efisien, dan penggunaan teknologi yang hemat energi menjadi sangat penting,” jelas Meygin Agustina, Managing Director Hewlett Packard Enterprise (HPE) Indonesia. Ia menambahkan bahwa komitmen terhadap efisiensi operasional harus sejalan dengan adopsi teknologi baru untuk menjaga keberlanjutan.

Salah satu hambatan utama dalam transisi ini adalah minimnya talenta digital dan ekosistem yang memadai. Banyak pelaku industri di Indonesia masih mengandalkan solusi teknologi lama dan enggan beralih ke inovasi baru. “Mereka masih nyaman dengan solusi sebelumnya, yang menjadi tantangan terbesar saat beralih ke teknologi lebih maju,” ungkap Meygin. Kesiapan talenta untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi baru sangat penting agar tidak tertinggal dibandingkan negara lain yang lebih maju, seperti Singapura.

Kebutuhan untuk Berkolaborasi

Dalam situasi ini, kolaborasi menjadi kunci untuk mendorong inovasi. Meygin menegaskan bahwa tanpa kolaborasi, inovasi tidak akan dapat berkembang. Dengan berbagai tantangan yang ada, sinergi antara pelaku industri, institusi pendidikan, dan pihak-pihak terkait lainnya sangat diperlukan. “Inovasi tanpa kolaborasi is sitting nowhere,” ujarnya.

Di tengah meningkatnya risiko keamanan TI, perusahaan harus mengelola server dan infrastruktur mereka dengan lebih baik. Platform HPE Compute Ops Management, misalnya, memungkinkan pelanggan untuk memantau dan mengelola server berbasis cloud dan memanfaatkan AI untuk memperkirakan konsumsi daya dan emisi karbon.

Transformasi Teknologi yang Mendesak

HPE ProLiant Gen12 menawarkan teknologi yang dirancang untuk memenuhi tuntutan beban kerja berat seperti AI dan big data analytics. Server ini menawarkan peningkatan efisiensi performa per watt hingga 41 persen dan penghematan daya tahunan hingga 65 persen. “Dengan satu unit Gen12, Anda bisa menggantikan tujuh unit Gen10, yang jelas membantu efisiensi ruang dan daya di data center,” kata Meygin.

Untuk perusahaan yang membutuhkan efisiensi termal tinggi, HPE juga menawarkan sistem pendingin yang lebih efektif dibanding cara konvensional. Selain itu, HPE bekerja sama dengan NVidia untuk meningkatkan fungsi AI di sistem mereka, yang menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung adopsi teknologi baru di Indonesia.

Menuju Kebangkitan Digital

Situasi saat ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk melakukan lompatan besar dalam dunia digital. Meskipun tantangan seperti kekurangan talenta digital dan ekosistem yang belum siap ada, fokus pada kolaborasi dapat menjadi langkah strategis untuk menghindari ketertinggalan dari negara lain yang sudah lebih maju.

Meygin Agustina menekankan, “Indonesia berada di persimpangan. Apakah akan memilih untuk terus menggunakan sistem konvensional atau beralih ke cloud yang lebih efisien? Pendekatan hybrid menjadi semakin penting demi menjaga kedaulatan data dan efisiensi investasi.” Melihat potensi tersebut, saatnya bagi semua pihak untuk merespons dengan cepat dan tepat dalam menghadapi era digital yang terus berkembang.

Berita Terkait

Back to top button