Boeing Starliner Tertunda hingga 2026, NASA Prioritaskan Perbaikan Thruster

Proyek Boeing Starliner mengalami penundaan yang signifikan, dengan rencana penerbangan terbarunya dijadwalkan tidak akan dilaksanakan sebelum awal tahun 2026. Penundaan ini terutama disebabkan oleh masalah teknis yang berkaitan dengan sistem thruster dan kebocoran helium. NASA telah menetapkan prioritas utama dalam memperbaiki masalah ini sebelum Starliner dapat diandalkan untuk misi berawak ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Kemarin, NASA mengumumkan bahwa Starliner terakhir melakukan penerbangan pada Juni 2024 dalam misi Crew Flight Test (CFT). Misi ini seharusnya membawa astronot NASA Sunita “Suni” Williams dan Butch Wilmore ke ISS untuk tinggal selama seminggu. Sayangnya, serangkaian masalah teknis memaksa mereka untuk tetap di orbit lebih lama. Keputusan diambil untuk mengembalikan Starliner ke Bumi tanpa awak demi keselamatan semua pihak terlibat.

Starliner berhasil mendarat di White Sands, New Mexico, namun pengujian lanjutan masih diperlukan untuk memperbaiki sistemnya. Empat komponen yang dikenal sebagai ‘doghouse’—yang melindungi sistem thruster—mengalami kebocoran helium, dan dari 28 thruster yang ada, lima di antaranya gagal berfungsi. Menanggapi situasi ini, Steve Stich, manajer program kru komersial NASA, mengonfirmasi bahwa material baru dan model termal sedang diuji untuk mengatasi kebocoran yang terjadi.

Awalnya, NASA dan Boeing mengharapkan untuk melanjutkan penerbangan Starliner pada akhir 2025. Namun, jadwal itu kini resmi mundur. Stich menjelaskan bahwa peluncuran berawak berikutnya tidak direncanakan sebelum awal tahun 2026. Meskipun demikian, ada kemungkinan Starliner akan melakukan penerbangan kargo terlebih dahulu sebelum mengangkut astronot.

Proyek Starliner tetap penting dalam konteks misi luar angkasa AS. Sejak 2014, NASA telah menunjuk dua kapsul—SpaceX Crew Dragon dan Boeing Starliner—untuk memberikan akses ke orbit rendah Bumi. SpaceX telah berhasil meluncurkan misi berawak secara rutin sejak tahun 2020, sementara Starliner masih dalam proses perbaikan. Tentu saja, keberadaan dua platform ini akan memastikan kontinuitas transportasi awak ke ISS hingga penutupannya yang diperkirakan pada 2030.

Meski mengalami penundaan, optimism untuk proyek Starliner masih tersisa. Astronot NASA Mike Fincke, yang awalnya dijadwalkan terbang dengan Starliner namun kini menjadi pilot Crew-11 SpaceX, menegaskan pentingnya memiliki beragam opsi perjalanan ke luar angkasa. “Semakin banyak cara menuju luar angkasa, semakin baik bagi negara. Ketika Starliner siap, saya ingin jadi salah satu yang terbang dengannya,” ungkap Fincke.

NASA memberikan penekanan bahwa misi ini tetap dipandang sebagai bagian vital dari strategi jangka panjang untuk eksplorasi luar angkasa. Dengan rencana untuk menguji kembali semua sistem secara menyeluruh sebelum melanjutkan misi berawak, NASA bertujuan untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan misi di masa mendatang.

Rencana perbaikan dan penjadwalan ulang ini menjadi panduan bagi NASA dalam mencapai targetnya dan mengatasi tantangan yang dihadapi dalam program luar angkasa yang ambisius ini. Seiring peningkatan pengawasan dan fokus pada detail teknis, harapan sekaligus tantangan bagi Boeing Starliner dan NASA tetap ada, demi membawa kembali manusia ke orbit dengan aman.

Berita Terkait

Back to top button