Samsung Electronics mengungkapkan bahwa mereka tengah mempersiapkan produksi ponsel lipat tiga, namun masih meragukan permintaan pasar untuk perangkat inovatif ini. Dalam ajang Mobile World Congress (MWC) 2025 di Barcelona, perusahaan tersebut memamerkan konsep ponsel lipat yang dikenal sebagai Asymmetric Flip, yang mengusung desain clamshell. Desain baru ini berbeda dari ponsel lipat sebelumnya, karena menghilangkan lipatan tengah yang biasa dan menggantikannya dengan dua titik lipatan yang lebih inovatif, meskipun desain ini menimbulkan celah saat perangkat ditutup.
Presiden Samsung Electronics, TM Roh, menegaskan bahwa peluncuran ponsel lipat tiga pertamanya ditargetkan berlangsung pada akhir tahun 2025. Dia menyatakan bahwa perangkat tersebut akan mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) yang ditingkatkan untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Meskipun begitu, ia juga mencatat bahwa nama resmi ponsel ini, kemungkinan Galaxy G Fold, masih belum pasti karena tim saat ini sedang fokus pada penyempurnaan fungsionalitas perangkat.
Roh mengungkapkan, “Kami sedang mengerjakan ponsel lipat tiga dengan target peluncuran akhir tahun ini. Saat ini, kami sedang fokus menyempurnakan produk dan kegunaannya, tetapi belum memutuskan namanya. Kami akan segera membuat keputusan akhir.” Menurut laporan, produksinya diperkirakan akan dimulai pada September 2025, dengan penjualan resmi pada kuartal keempat tahun itu. Namun, rencana ini mungkin membatasi pada pasar tertentu, seperti China dan Korea Selatan, guna mengukur minat konsumen sebelum peluncuran yang lebih luas.
Bocoran informasi menyebutkan bahwa ponsel lipat tiga ini akan menampilkan tiga layar OLED yang bekerja secara bersamaan dengan ukuran total 10 inci. Diperkirakan, perangkat ini akan ditenagai oleh chipset Snapdragon 8 Elite dan dilengkapi dengan pengaturan kamera yang mirip dengan Galaxy Z Fold7, termasuk kamera utama 200MP.
Namun, tantangan lain muncul terkait harga dan produksi. Ponsel lipat tiga diperdiksi akan dibanderol di atas 4 juta Won (sekitar Rp47 juta) dan bisa mendekati US$3.000 (Rp48,6 juta). Ini menjadikannya sulit dijangkau oleh sebagian besar konsumen. TM Roh sendiri mengungkapkan keraguan mengenai seberapa besar permintaan untuk perangkat ini, mengingat biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan ponsel lipat konvensional.
Produksi ponsel dengan tiga panel lipat juga lebih rumit, membutuhkan komponen yang mahal. Tantangan lain yang mungkin dihadapi perusahaan adalah tingginya persentase unit yang mungkin tidak memenuhi standar produksi. Hal ini menunjukkan bahwa ekspektasi akan ponsel lipat tiga perlu disikapi dengan hati-hati, mengingat harga dan biaya produksi yang tinggi.
Sementara itu, penggemar Samsung antusias menanti kehadiran perangkat ini. Momen peluncuran diharapkan menjadi kejutan besar, terutama setelah kehadiran Galaxy Z Fold7 dan Galaxy Z Flip7. Namun, ketidakpastian mengenai permintaan di pasar menjadi faktor yang krusial bagi keputusan Samsung dalam meluncurkan produk ini secara lebih luas.
Dengan rencana peluncuran di akhir 2025, dunia teknologi kini menunggu sejauh mana ponsel lipat tiga ini bisa menarik perhatian konsumen, serta apakah inovasi dalam desain dan teknologi AI yang ditawarkan akan menciptakan pergeseran nyata dalam segmen ponsel lipat. Dalam industri yang terus berkembang ini, Samsung berharap dapat memberi kontribusi signifikan melalui inovasi yang tidak hanya menarik secara estetika, tetapi juga fungsional.
