
Pendapatan Alphabet, induk perusahaan Google, mencapai US$ 96,43 miliar atau sekitar Rp 1.573 triliun pada kuartal kedua tahun ini. Pertumbuhan pendapatan sebesar 14% secara tahunan ini didorong oleh tingginya permintaan layanan kecerdasan buatan (AI) serta iklan di platform YouTube. Kinerja yang melampaui ekspektasi analis Wall Street ini turut membuat harga saham perusahaan mengalami lonjakan signifikan.
Laba bersih perusahaan juga menunjukkan peningkatan signifikan, menembus US$ 28,2 miliar atau sekitar Rp 460 triliun, naik hampir 20% dibandingkan periode tahun lalu. CEO Alphabet dan Google, Sundar Pichai, menilai kuartal ini sebagai “kuartal yang menonjol dengan pertumbuhan yang kuat di seluruh lini bisnis.” Menurutnya, kecanggihan teknologi AI menjadi salah satu faktor kunci menarik minat pengguna dan pengiklan.
Dominasi Iklan YouTube dan Inovasi Video
Pendapatan iklan di YouTube mencapai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 160 triliun, tumbuh 13% secara tahunan. Peralihan penonton dari jaringan televisi tradisional ke YouTube sebagai platform utama semakin jelas, terutama dengan perangkat TV yang kini menjadi media paling umum untuk menonton konten YouTube. Hal ini menunjukkan transformasi besar dalam pola konsumsi media global.
YouTube sendiri tahun ini merayakan ulang tahun ke-20 dan telah menjadi rumah bagi lebih dari 20 miliar video. Salah satu inovasi yang diandalkan adalah YouTube Shorts, fitur video pendek yang berhasil mencatatkan lebih dari 200 juta penayangan harian. Pada konferensi pengembang Google I/O awal Mei lalu, perusahaan juga meluncurkan inovasi terbaru di bidang video, termasuk alat berbasis AI bernama Flow yang menggunakan model video generatif Veo.
Pendapatan Google Cloud Melonjak Berkat AI
Sektor komputasi awan atau Google Cloud menjadi pendorong utama lain di balik pertumbuhan Alphabet dengan pendapatan mencapai US$ 13,62 miliar atau Rp 222 triliun, meningkat 32% dibanding tahun sebelumnya. Kinerja ini mendapat dorongan tambahan dari kerja sama dengan OpenAI, yang menggunakan infrastruktur awan Google untuk mendukung layanan ChatGPT.
Menurut Sundar Pichai, teknologi AI secara holistik memberikan dampak positif tidak hanya pada Google Cloud tetapi juga pada seluruh lini bisnis perusahaan, termasuk YouTube dan layanan berlangganan yang semakin diperkuat berkat inovasi AI.
Unit Pencarian dan Periklanan Masih Menguat
Unit pencarian Google tetap menjadi mesin penghasil pendapatan utama, dengan pemasukan mencapai US$ 54,19 miliar. Sementara itu, pendapatan dari periklanan secara keseluruhan juga mengalami kenaikan sebesar 10,4% menjadi US$ 71,34 miliar. Meski persaingan di bidang AI makin ketat, operasi utama Google berhasil menunjukkan pertumbuhan yang solid di kuartal kedua.
Segmen lain yang dikenal dengan “Other Bets”—meliputi inovasi seperti mobil swakemudi Waymo dan divisi ilmu hayati Verily—juga mencatat kenaikan pendapatan menjadi US$ 373 juta, naik dibanding US$ 365 juta pada tahun sebelumnya.
Pengguna AI Meningkat Pesat
Alphabet juga melaporkan peningkatan jumlah pengguna produk AI-nya yang sangat signifikan. Layanan pencarian dengan fitur AI yang dikenal sebagai AI Overviews kini memiliki lebih dari dua miliar pengguna aktif bulanan, naik dari 1,5 miliar pada kuartal pertama. Aplikasi Gemini, chatbot berbasis AI milik Google, telah melayani lebih dari 450 juta pengguna aktif setiap bulan.
Untuk mendukung kemajuan teknologi ini, Alphabet melakukan investasi besar-besaran dalam infrastruktur dan talenta AI. Pengeluaran modal perusahaan dinaikkan dari rencana awal US$ 75 miliar menjadi US$ 85 miliar sepanjang tahun 2024. Selain itu, perusahaan merekrut sejumlah ahli AI ternama, termasuk CEO Windsurf Varun Mohan, dengan nilai kesepakatan senilai US$ 2,4 miliar yang juga mencakup lisensi teknologi.
Beban Operasional dan Potensi Tantangan
Namun, peningkatan pengeluaran operasional menjadi perhatian tersendiri. Total beban operasional Alphabet membengkak hingga 20% menjadi US$ 26,1 miliar, terutama oleh biaya terkait urusan hukum dan aktivitas lain yang tidak rinci. Kepala Keuangan Alphabet, Anat Ashkenazi, memperingatkan kenaikan beban operasional masih mungkin terjadi pada kuartal berikutnya, dipicu oleh beberapa faktor termasuk kemungkinan tekanan negatif pada pendapatan iklan.
Kendati tantangan tetap ada, pertumbuhan pendapatan dan inovasi teknologi di berbagai lini bisnis Alphabet menunjukkan bahwa induk Google tetap di jalur yang kuat dalam memanfaatkan momentum AI dan transformasi digital global. Kinerja ini menjadi bukti bagaimana pemanfaatan teknologi canggih seperti AI dapat memacu bisnis teknologi besar di era yang semakin berbasis data dan konten digital.





