Hadapi Lonjakan Kebutuhan AI, Optimasi Infrastruktur Kunci Efisiensi Data Center

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, terutama dalam kecerdasan buatan (AI), industri pusat data global dihadapkan pada tantangan signifikan. Lonjakan kebutuhan untuk infrastruktur yang mendukung AI menuntut pengelola data center untuk tidak hanya membangun fasilitas baru, tetapi juga melakukan optimasi pada infrastruktur yang sudah ada. Hal ini disampaikan oleh Alexey Navolokin, General Manager Asia Pasifik (APAC), yang menekankan pentingnya mengelola keberadaan data center yang efisien untuk menangani beban kerja yang semakin kompleks.

Meskipun pengakuan terhadap pentingnya pusat data semakin meluas, baik untuk produktivitas maupun pertumbuhan ekonomi, dampak operasional terhadap penggunaan listrik dan air dalam komunitas semakin mendapat perhatian. Prediksi industri menunjukkan pertumbuhan kapasitas data center global diperkirakan akan mencapai 12,3% per tahun hingga 2028. Namun, kebutuhan energi untuk operasional pusat data akan meningkat secara signifikan, yakni 23,3% dalam periode yang sama.

Keberadaan pusat data baru yang efisien, seperti Superkomputer LUMI yang sepenuhnya menggunakan energi hidroelektrik di Finlandia, hanya mampu memberikan solusi sementara. Menurut Alexey, efisiensi energi saja tidak akan cukup untuk menjawab permintaan yang semakin meningkat dari aplikasi AI. “Solusi cerdas harus dilakukan dengan memodernisasi infrastruktur yang sudah ada,” ujarnya. Banyak data center saat ini masih mengandalkan perangkat keras yang sudah berusia satu dekade, yang jelas tidak sejalan dengan tuntutan teknologi yang terus berkembang.

Upgrading sistem ke perangkat keras yang lebih baru dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi. Alexey menjelaskan, peningkatan ini memungkinkan pusat data untuk mempertahankan bandwidth yang sama dengan jumlah rak yang lebih sedikit, sehingga memberikan ruang yang cukup untuk kebutuhan TI di masa depan. Ini membuka peluang bagi eksperimen dengan beban kerja AI yang canggih.

Proses upgrade sendiri bukan sekadar membeli komponen terbaru. Pengambil keputusan TI dituntut untuk memilih penyedia yang menawarkan infrastruktur menyeluruh. “Infrastruktur ini harus menggabungkan chip berkinerja tinggi, jaringan, dan software terbuka agar berbagai komponen dapat berkomunikasi dengan baik,” tambahnya.

Contoh nyata dari konsep ini dapat dilihat dalam upaya Kakao Enterprise di Korea Selatan. Dengan beralih ke prosesor AMD EPYC, perusahaan ini berhasil mengurangi kebutuhan total servernya hingga 40%. Tak hanya itu, mereka juga mencatat peningkatan performa sebesar 30% dan pemotongan biaya kepemilikan total hingga 50%. Ini menunjukkan bahwa pendekatan arsitektur yang tepat tidak hanya membawa efisiensi, tetapi juga keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

Dalam konteks yang lebih luas, pencarian solusi untuk tantangan efisiensi data center menjadi sangat strategis, terlebih dengan pertumbuhan AI yang terus menguat. Oleh karena itu, para pemimpin TI dihadapkan pada tanggung jawab untuk terus mengembangkan infrastruktur mereka agar sejalan dengan permintaan yang terus meningkat.

Sebagai langkah ke depan, penting bagi industri data center untuk berkolaborasi dengan berbagai penyedia teknologi agar dapat menghadirkan solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Melalui modernisasi dan optimasi infrastruktur yang ada, data center tidak hanya dapat menjawab kebutuhan saat ini tetapi juga siap menghadapi tantangan masa depan. Peningkatan efisiensi infrastruktur harus menjadi prioritas utama untuk menjaga relevansi dan daya saing dalam era digital yang terus berkembang.

Dengan proaktif menghadapi tantangan ini, diharapkan industri data center dapat berkontribusi positif pada perekonomian global tanpa mengabaikan tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.

Berita Terkait

Back to top button