Google Akui Gagal Total Deteksi Gempa 7,8 SR yang Menghancurkan Turki

Google telah mengakui kegagalan total dalam mendeteksi gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,8 skala Richter yang melanda Turki pada 6 Februari 2023. Meskipun sistem peringatan dini Android Earthquake Alerts (AEA) diharapkan dapat memberi peringatan kepada sekitar 10 juta orang di wilayah berisiko tinggi, hanya 469 peringatan darurat yang berhasil dikirim. Kesalahan dalam algoritma membuat sistem hanya mampu mendeteksi magnitudo antara 4,5 dan 4,9, jauh di bawah kekuatan sebenarnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran atas efektivitas dan keandalan teknologi tersebut.

Gempa bumi yang terjadi pada pukul 4.17 pagi ini mengakibatkan lebih dari 55.000 orang tewas dan lebih dari 100.000 orang terluka. Saat kebanyakan orang sedang tidur, sistem yang seharusnya memberi peringatan hingga 35 detik sebelumnya justru gagal memberikan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Peringatan "Ambil Tindakan", yang dirancang untuk menarik perhatian pengguna dengan pesan layar penuh dan suara keras, sama sekali tidak diterima oleh sebagian besar masyarakat.

Meskipun terdapat 469 peringatan "Ambil Tindakan" yang dikirim, setengah juta pengguna hanya mendapatkan peringatan "Waspada" berkekuatan rendah yang tidak menggugah perhatian mereka. Ketidaktepatan dalam deteksi ini mengonfirmasi bahwa sistem ini, yang seharusnya berfungsi sebagai pelengkap sistem peringatan nasional, masih jauh dari kata efektif.

Ketergantungan pada Teknologi

Kejadian ini memicu perdebatan internasional mengenai keandalan teknologi dalam peringatan bencana. Para ahli, termasuk Profesor Harold Tobin dari Pacific Northwest Seismic Network, menekankan bahwa sistem seperti ini harus dapat dimintai pertanggungjawaban karena keterkaitannya dengan penyelamatan nyawa. Tobin menyatakan pentingnya adanya transparansi dan evaluasi real-time dari alat-alat teknologi yang digunakan untuk peringatan dini agar tidak terjadi bencana serupa di masa depan.

Keberhasilan sistem peringatan seharusnya tidak hanya bergantung pada teknologi semata, tetapi juga harus didukung oleh pemahaman yang jelas tentang risiko dan respons yang cepat dari masyarakat. Dalam hal ini, pihak Google telah berjanji untuk terus meningkatkan algoritma mereka berdasarkan pengalaman dari kejadian-kejadian sebelumnya.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Gempa bumi yang kuat ini menyebabkan dampak yang merusak, tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga sosial dan ekonomi. Banyak individu yang kehilangan keluarga, tempat tinggal, dan sumber mata pencaharian mereka. Keterlambatan dalam mendeteksi dan memperingatkan bencana semakin memperburuk situasi, menimbulkan ketidakpercayaan terhadap sistem yang ada.

Sebuah tinjauan pasca kejadian menunjukkan bahwa jika algoritma Google berfungsi dengan baik, maka seharusnya 10 juta peringatan darurat dapat dikirim. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa sistem ini gagal dalam fungsi utamanya, yaitu mengamankan jiwa-jiwa yang berisiko. Kegagalan deteksi ini tidak hanya menjadi kritik bagi Google, tetapi juga memanggil perhatian global terhadap perlunya sistem peringatan yang lebih efisien dan dapat diandalkan.

Pertanyaan Terhadap Masa Depan Teknologi

Munculnya insiden ini membawa pertanyaan penting tentang masa depan teknologi dalam konteks peringatan bencana. Di era di mana informasi tersedia hanya dalam hitungan detik, bagaimana kita dapat memastikan bahwa teknologi yang digunakan benar-benar dapat diandalkan? Para peneliti dan pengambil kebijakan akan dituntut untuk mempertimbangkan pendekatan yang lebih komprehensif, memadukan aspek teknis dengan dinamika sosial untuk menciptakan sistem yang lebih baik.

Kecelakaan ini menyadarkan bahwa meskipun teknologi memiliki potensi yang besar dalam menyelamatkan jiwa, kegagalan seperti ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Pihak pemerintah dan perusahaan teknologi perlu duduk bersama untuk menganalisis kelemahan dan mencari solusi yang lebih efektif dalam menghadapi kemungkinan bencana alam di masa depan.

Berita Terkait

Back to top button