
TikTok mengalokasikan anggaran lebih dari US$ 2 miliar atau setara dengan Rp 32 triliun per tahun untuk memperkuat keamanan dan kepercayaan pengguna di platformnya. Investasi besar ini menjadi bagian utama strategi perusahaan dalam menghadapi tantangan keamanan digital di tengah berkembangnya teknologi, khususnya konten buatan kecerdasan buatan (AI).
Adam Presser, Head of Operations TikTok, menegaskan bahwa perlindungan pengguna merupakan salah satu prioritas strategis yang selalu mendapat perhatian serius dalam setiap rapat manajemen harian perusahaan. "Ini adalah salah satu prioritas paling signifikan bagi kami sebagai perusahaan," ujarnya saat peluncuran global bertajuk Discover and Learn – Trust and Safety at TikTok, yang disampaikan secara daring pada 30 Juli 2024.
Pedoman Komunitas sebagai Dasar Pengamanan
Setiap upaya yang dilakukan TikTok didasarkan pada pedoman komunitas yang dirancang khusus untuk melindungi pengguna dari konten berbahaya atau menyesatkan. Pelanggaran terhadap aturan ini, termasuk konten yang dihasilkan oleh AI tanpa label yang semestinya, akan dikenakan tindakan tegas mulai dari penghapusan hingga pembatasan distribusi.
Kebijakan yang diberlakukan mengharuskan para kreator secara aktif memberi label pada konten buatan AI. Jika konten ini tidak sesuai ketentuan, maka pihak TikTok akan memberikan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Presser menegaskan bahwa pengelolaan penyalahgunaan AI merupakan bagian tidak terpisahkan dari strategi keamanan digital platform tersebut.
Inovasi dengan Standar C2PA
Salah satu terobosan penting yang dilakukan TikTok adalah penerapan standar C2PA (Coalition for Content Provenance and Authenticity). TikTok menjadi platform video pertama yang mengadopsi standar ini untuk meningkatkan transparansi dan memastikan keaslian konten digital yang tersebar.
Dengan C2PA, konten yang dibuat menggunakan AI di platform lain dan kemudian diunggah ke TikTok secara otomatis akan diberi label sebagai buatan AI, selama platform asal juga menerapkan standar ini. Hal ini membantu pengguna mengetahui asal-usul konten secara lebih jelas sehingga risiko penyebaran informasi palsu atau manipulatif dapat diminimalkan.
Deteksi Proaktif Hoaks dan Penipuan
Selain itu, TikTok mengembangkan sistem pendeteksian proaktif yang menggabungkan kecanggihan teknologi dengan penilaian manusia untuk mengidentifikasi penipuan dan hoaks digital secara dini. Tim lokal di masing-masing negara berperan penting dalam memahami risiko spesifik di wilayahnya.
Untuk memperkuat mekanisme ini, TikTok juga bekerja sama dengan para pakar eksternal dan penyedia intelijen pihak ketiga. Kolaborasi tersebut bertujuan memantau potensi ancaman secara dini dan memastikan platform tetap aman bagi jutaan pengguna di seluruh dunia.
Komitmen TikTok dalam Menangani Misinformasi
Presser menekankan keseriusan perusahaan dalam menghadapi tantangan konten buatan AI dan misinformasi berbahaya. Upaya yang dilakukan meliputi pembuatan kebijakan ketat, penerapan teknologi deteksi mutakhir, hingga kerja sama lintas industri. Semua langkah ini ditujukan untuk menjaga ekosistem TikTok agar tetap aman dan bisa menjadi ruang ekspresi yang terpercaya bagi penggunanya.
Besarnya investasi yang dialokasikan menunjukkan betapa seriusnya TikTok dalam membangun sistem keamanan yang kokoh. Dengan anggaran mencapai Rp 32 triliun per tahun, perusahaan tidak hanya mempertahankan reputasi globalnya, tetapi juga memastikan perlindungan terhadap pengguna dari berbagai ancaman yang terus berkembang di era digital saat ini.
Angka investasi tersebut memposisikan TikTok di garis terdepan dalam upaya peningkatan keamanan platform media sosial. Hal ini menjadi salah satu langkah strategis penting agar kepercayaan pengguna tetap terjaga di tengah semakin kompleksnya dinamika konten digital yang beredar saat ini.





