Startup AI Sensay yang berbasis di London baru saja mengumumkan proyek ambisiusnya, yakni Pulau Sensay, yang menjadi ‘negara’ pertama di dunia dengan pemerintahan yang sepenuhnya dikendalikan oleh kecerdasan buatan (AI). Terletak di lepas pantai Filipina, pulau ini menjadi laboratorium untuk menerapkan konsep pemerintahan digital menggunakan replika tokoh-tokoh bersejarah.
Proyek ini dibentuk dengan tujuan mengeksplorasi kemungkinan bagaimana AI dapat memimpin tanpa pengaruh politik yang sering kali mengganggu keputusan di pemerintahan tradisional. Para pendiri Sensay, termasuk Dan Thomson, optimis bahwa proyek ini bisa menjadi contoh nyata dan inovatif dalam tata kelola dunia masa depan. "Inisiatif ini bertujuan untuk menunjukkan potensi kepemimpinan berbasis AI yang bebas dari pengaruh partisan," ungkap Thomson.
Kabinet Digital yang Nyata
Pulau Sensay akan memiliki kabinet digital yang terdiri dari 17 tokoh sejarah, termasuk Marcus Aurelius sebagai presiden dan Winston Churchill sebagai perdana menteri. Replika digital ini telah dilatih berdasarkan karya dan filosofi aslinya, memastikan para pembuat kebijakan ini dapat merefleksikan gaya dan pandangan yang autentik. Interaksi langsung dengan penduduk dan pengunjung akan dilakukan melalui platform online, memungkinkan mereka untuk berdiskusi dan memberikan masukan terkait kebijakan yang diusulkan.
Eksperimen Berkelanjutan dan Inklusif
Berada di provinsi Palawan Barat, Pulau Sensay membentang seluas 3,4 kilometer persegi dengan lanskap yang rimbun dan pantai yang memikat. Suhu rata-rata yang mencapai 26°C menciptakan iklim ideal untuk pengembangan ekologi. Roadmap proyek ini mencakup pengoperasian jaringan mikro energi terbarukan pada tahun pertama, yang diwajibkan untuk mendukung keberlanjutan pulau.
Pada 2027, pulau ini direncanakan untuk dibuka bagi penduduk pertama, bersamaan dengan peluncuran suaka lingkungan yang diharapkan dapat melindungi keindahan alamnya. Proyek ini juga akan mengadakan Global AI-Governance Symposium yang pertama pada 2028, untuk mempertemukan pakar dan membahas penerapan AI dalam kebijakan global.
E-Residency dan Partisipasi Global
Salah satu fitur paling menarik dari Pulau Sensay adalah program E-residency, yang memungkinkan individu di seluruh dunia untuk mendaftar dan berkontribusi dalam pembuatan kebijakan. Melalui platform ini, E-residen dapat mengusulkan kebijakan yang akan dibahas dan kemudian dipilih oleh kabinet digital. Model ini bertujuan untuk menciptakan sistem pemerintahan yang lebih transparan dan inklusif.
Visi Tata Kelola dengan AI
Dengan menggabungkan keterbukaan dan kolaborasi internasional, Sensay ingin memberikan alternatif terhadap cara tradisional dalam merumuskan kebijakan. Hal ini diharapkan dapat menciptakan pengambilan keputusan yang lebih efisien dan informatif, tanpa adanya batasan agenda politik. Dengan dukungan investasi sebesar 2,5 juta poundsterling, Sensay mulai merumuskan langkah-langkah lebih lanjut untuk mewujudkan visi ini.
Meskipun proyek ini masih dalam tahap awal, Pulau Sensay memberikan gambaran tentang potensi besar yang dimiliki AI dalam pemerintahan. Sensay mengundang semua orang untuk menjadi bagian dari eksperimen ini yang berpotensi meredefinisi cara kita memandang tata kelola di era digital. Dengan begitu banyak ketidakpastian di sekitar peran teknologi dalam kehidupan manusia, Pulau Sensay bisa menjadi indikator penting untuk masa depan yang lebih baik.





