Pemerintahan Trump Minta NASA Bangun Reaktor Nuklir di Bulan

Pemerintahan Presiden Donald Trump menginstruksikan NASA untuk segera merancang dan membangun reaktor nuklir di Bulan sebagai bagian dari strategi memperkuat kehadiran Amerika Serikat di luar angkasa. Langkah ini merupakan upaya untuk memimpin dalam perlombaan teknologi nuklir di permukaan Bulan, yang sekaligus akan memberi dukungan energi bagi pangkalan antariksa serta membuka jalan bagi eksplorasi Mars di masa depan.

Sean Duffy, pejabat tinggi NASA yang ditunjuk oleh Trump sekaligus Menteri Transportasi AS, menegaskan pentingnya percepatan pembangunan reaktor nuklir tersebut. Dalam unggahan di media sosial X pada 7 Agustus 2024, Duffy menyatakan, “Kami akan membawa fisi nuklir ke permukaan Bulan untuk memberi daya pada pangkalan. Jika Anda memimpin di luar angkasa, Anda memimpin di Bumi.” Pernyataan ini sekaligus menegaskan kecemasan terhadap upaya serupa yang tengah dijalankan oleh Rusia dan Cina, yang diketahui sedang menjajaki kerja sama dalam pengembangan reaktor nuklir di Bulan.

Teknologi Nuklir untuk Eksplorasi Luar Angkasa

Reaktor nuklir adalah pusat pembangkit energi dalam sistem tenaga nuklir yang menghasilkan listrik melalui reaksi berantai nuklir yang terkontrol. NASA memandang teknologi ini sebagai solusi tenaga andal di lingkungan Bulan yang ekstrem, di mana sumber energi surya bisa terbatas, khususnya di daerah kutub selatan yang menjadi target utama misi Artemis.

Program Artemis yang menjadi proyek prioritas NASA saat ini direncanakan untuk mengirim empat astronaut ke permukaan Bulan pada tahun 2026 dan membangun kehadiran abadi di kawasan tersebut. Pembangunan reaktor nuklir berkapasitas tinggi di Bulan, menurut Sean Duffy, juga akan menjadi kunci dalam mendukung ekonomi bulan yang berkelanjutan serta pengembangan energi berdaya tinggi untuk misi eksplorasi Mars.

NASA memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk membangun reaktor nuklir yang efektif di Bulan adalah sekitar lima tahun. Menteri Duffy mendorong badan antariksa tersebut untuk bergerak cepat dalam hal ini untuk memastikan Amerika Serikat dapat mempertahankan posisinya di garis depan penjelajahan ruang angkasa.

Upaya NASA dan Dukungan Komersial

Arahan resmi dari pemerintahan Trump membuat NASA mulai mengajukan permintaan proposal kepada perusahaan-perusahaan komersial. Targetnya adalah merancang reaktor nuklir yang dapat menghasilkan daya sekitar 100 kilowatt dan mempersiapkannya untuk diluncurkan pada akhir tahun 2029.

NASA sendiri sudah berinvestasi dalam riset teknologi ini sejak tahun 2000. Pada tahun 2022, badan antariksa ini menandatangani kontrak senilai US$ 5 juta dengan tiga perusahaan untuk pengembangan desain awal reaktor berdaya 40 kilowatt. “Pembangkit ini adalah pilihan yang aman, bersih, dan dapat diandalkan," ujar NASA. Menurut mereka, memiliki sumber daya yang independen dari energi matahari sangat penting agar manusia dapat mempertahankan keberadaannya di Bulan setidaknya selama satu dekade ke depan.

Dinamika Persaingan Global di Luar Angkasa

Perintah percepatan pembangunan reaktor nuklir di Bulan muncul hanya beberapa bulan setelah Cina dan Rusia mengumumkan rencana kerjasama dalam pengembangan teknologi serupa. Hal ini menggarisbawahi penguatan persaingan global dalam memperebutkan dominasi di luar angkasa, yang kini kembali menjadi fokus strategis dunia setelah lebih dari lima dekade sejak pendaratan manusia di Bulan pertama kali pada era Perang Dingin.

Namun demikian, dinamika ini juga harus ditempatkan dalam kerangka hukum internasional. Perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1967 menyatakan bahwa Bulan tidak dapat dimiliki oleh negara manapun. Oleh karena itu, pembangunan pangkalan dan reaktor nuklir harus memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan penggunaan damai ruang angkasa serta tidak melanggar prinsip-prinsip internasional.

Dengan ambisi yang tinggi dan dukungan teknologi canggih, AS di bawah kebijakan pemerintahan Trump berupaya menegaskan posisi sebagai pelopor eksplorasi ruang angkasa dan inovasi energi nuklir di Bulan. Upaya ini tidak hanya akan berimplikasi pada program Artemis, tetapi juga membentuk fondasi penting bagi perjalanan manusia ke Mars dan eksplorasi tata surya yang lebih luas.

Berita Terkait

Back to top button