China baru-baru ini mengeluarkan imbauan kepada perusahaan-perusahaan domestiknya untuk menghindari penggunaan chip H20 dari Nvidia, produsen chip teknologi asal Amerika Serikat (AS). Imbauan ini terutama ditujukan bagi proyek-proyek yang terkait dengan pemerintah, dan menjadi bagian dari upaya China untuk memperkuat kemandirian teknologi serta mengurangi ketergantungan pada produk asing.
Menurut laporan dari Bloomberg, imbauan tersebut dikeluarkan oleh pihak berwenang China beberapa pekan lalu. Selain chip Nvidia, panduan ini juga mencakup chip kecerdasan buatan (AI) dari Advanced Micro Devices (AMD), yang juga merupakan perusahaan asal AS. Melalui langkah ini, pemerintah China berusaha untuk mendorong perusahaan dalam negeri untuk mencari alternatif dalam sektor perangkat keras, terutama di tengah ketegangan yang terus meningkat antara China dan AS.
Sebelumnya, hubungan komersial antara AS dan China mengalami ketegangan yang signifikan. Setelah Washington memberlakukan larangan ekspor terhadap chip Nvidia dan AMD ke China sebagai bagian dari perang dagang, kedua perusahaan tersebut kini menghadapi tantangan serius untuk memulihkan penjualannya di pasar China. Meskipun Nvidia dan AMD baru-baru ini mendapatkan izin dari pemerintah AS untuk melanjutkan penjualan chip AI kelas bawah, hal ini disertai dengan syarat bahwa 15 persen dari pendapatan terkait harus dibayarkan kepada pemerintah AS.
Langkah ini menunjukkan betapa kompleksnya dinamika pasar teknologi antara dua negara adikuasa tersebut. Di satu sisi, kebijakan yang diambil oleh pemerintah China dapat mempersulit perusahaan AS untuk mempertahankan pijakan di pasar yang besar dan menguntungkan. Di sisi lain, imbauan ini juga mencerminkan kepentingan strategis China untuk mendorong pengembangan teknologi domestiknya sendiri.
Pakar industri mengingatkan bahwa keputusan ini tidak hanya berdampak pada perusahaan-perusahaan AS, tetapi juga dapat memengaruhi ekosistem teknologi secara global. Sekalipun beberapa perusahaan di China mungkin telah berinvestasi dalam teknologi lokal, peralihan dari teknologi asing ke lokal memerlukan waktu dan sumber daya yang signifikan. Selain itu, perubahan ini juga dapat berdampak pada inovasi dan pengembangan produk dalam negeri.
Situasi ini menjadi lebih rumit ketika mempertimbangkan bahwa banyak perusahaan China telah bergantung pada produk-produk dari Nvidia dan AMD untuk mendukung kebutuhan infrastruktur dan pengembangan teknologi AI mereka. Dengan adanya imbauan ini, mereka mungkin perlu mencari alternatif, yang bisa memperlambat laju inovasi di sektor yang sudah berkembang pesat ini.
Disisi lain, langkah China untuk menghentikan penggunaan chip dari produsen AS bukanlah hal baru. Pemerintah telah mendorong pergeseran menuju kemandirian teknologi selama beberapa tahun, termasuk investasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan teknologi. Wajar jika banyak pihak mempertanyakan apakah perusahaan-perusahaan domestik dapat memenuhi kebutuhan teknologi tersebut dalam waktu dekat.
Sejalan dengan imbauan tersebut, beberapa perusahaan teknologi China mulai mengeksplorasi opsi-opsi alternatif. Beberapa di antaranya bahkan berdiskusi dengan produsen chip lokal untuk mengembangkan solusi yang sesuai, sekaligus mengurangi ketergantungan mereka terhadap produk luar negeri. Namun, apakah solusi ini dapat diimplementasikan dalam waktu singkat masih menjadi tanda tanya.
Kebijakan ini tentunya akan memiliki dampak jangka panjang tidak hanya bagi hubungan dagang antara Cina dan AS, tetapi juga bagi perkembangan teknologi global. Memperkuat sektor teknologi lokal bisa menjadi peluang bagi perusahaan-perusahaan di China untuk bersaing di pasar internasional. Namun, hal ini juga menghambat kerjasama dan inovasi yang sebelumnya dihasilkan melalui kolaborasi lintas negara.
Perkembangan ini harus dilihat dalam konteks yang lebih luas, karena ketegangan antara China dan AS tidak hanya terbatas pada sektor teknologi. Situasi ini mencerminkan persaingan yang lebih besar antara dua kekuatan besar dunia dalam banyak aspek, termasuk ekonomi, keamanan, dan pengaruh geopolitik. Keputusan yang diambil kini akan sangat menentukan arah perkembangan hubungan kedua negara di masa mendatang.





