Riset: Nonton Video TikTok Sama Berbahaya dengan Judi dan Alkohol

Menonton video pendek di platform seperti TikTok dan Instagram ternyata memiliki dampak yang jauh lebih serius daripada sekadar hiburan ringan. Sebuah studi peer-review yang dipublikasikan di jurnal NeuroImage dan dipimpin oleh Profesor Qiang Wang dari Tianjin Normal University mengungkapkan bahwa aktivitas ini memiliki efek yang sebanding dengan kecanduan judi maupun konsumsi alkohol.

Perubahan Otak Akibat Menonton Video Pendek Berlebihan

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengguna yang sering menonton video pendek secara berlebihan mengalami peningkatan aktivitas pada jalur imbalan otak atau reward circuit. Jalur ini sama dengan yang aktif saat seseorang berjudi atau mengonsumsi alkohol. Jalur mesolimbik, bagian utama dari sistem ini, memicu pelepasan dopamin—zat kimia di otak yang membuat kita merasa senang dan termotivasi. Akibatnya, otak pengguna didorong untuk terus mencari rangsangan baru secara cepat dan intens.

Profesor Wang menjelaskan bahwa video pendek yang dirancang dengan irama cepat, audio menarik, dan konten yang sulit diprediksi menciptakan lonjakan dopamin secara berulang. “Setiap geseran layar dan video yang diputar otomatis memicu otak untuk terus mengantisipasi sensasi berikutnya,” ujarnya. Namun, lonjakan dopamin yang terus-menerus ini malah menurunkan sensitivitas otak terhadap kesenangan dari aktivitas sehari-hari yang lebih sederhana, seperti membaca buku, bersosialisasi, atau menikmati makanan.

Dampak pada Fungsi Kognitif dan Perhatian

Efek dari menonton video pendek tidak hanya terbatas pada sistem imbalan. Studi ini juga menemukan perubahan koneksi di bagian otak yang mengontrol impuls, fokus, dan emosi, terutama di korteks prefrontal. Bagian otak ini berperan penting dalam pengambilan keputusan dan pengaturan diri. Terlalu banyak stimulan berupa video cepat dan tak terduga dapat membuat pengguna kesulitan berkonsentrasi, mengingat informasi, dan mengendalikan perilaku impulsif.

Parahnya, otak mulai terbiasa dengan rangsangan yang sangat cepat dan baru, sehingga aktivitas yang lebih lambat dan mendalam menjadi terasa membosankan. Pola ini sangat mirip dengan gangguan kognitif yang terjadi pada penggunaan alkohol, di mana fungsi otak untuk mengatur perilaku dan fokus juga terganggu.

Data Pengguna TikTok di Indonesia

Menurut data yang dirilis Databoks Katadata.co.id, TikTok menjadi salah satu platform dengan fitur video pendek yang paling banyak digunakan di Indonesia. Rerata pengguna menghabiskan waktu cukup lama untuk menonton konten video pendek, meningkatkan potensi dampak negatif yang ditemukan dalam studi ini.

Gangguan Tidur Akibat Menonton Video Pendek pada Malam Hari

Selain mengubah cara kerja otak, menonton video pada malam hari juga dapat mengganggu pola tidur. Paparan cahaya terang dari layar smartphone dikombinasikan dengan rangsangan visual yang cepat dan penuh emosi, dapat menunda produksi hormon melatonin yang mengatur siklus tidur. Akibatnya, ritme sirkadian terganggu dan otak tetap waspada sehingga sulit untuk beristirahat dengan baik.

Gangguan tidur ini berdampak pada hipokampus, pusat pembelajaran dan memori di otak, yang dapat menurunkan kemampuan mengingat dan memproses informasi. Jika pola tidur buruk terus berlanjut, risiko ketegangan kognitif dan kelelahan mental meningkat. Pengguna juga cenderung bergantung pada kafein untuk tetap fokus, padahal kualitas tidur sebenarnya sudah menurun.

Mengelola Kebiasaan Menonton Video Pendek

Berkaca dari temuan ini, sangat penting untuk mengatur waktu menonton video pendek secara bijak, terutama menghindari kebiasaan menggulir layar yang berlebihan dan dilakukan hingga larut malam. Mengurangi durasi menonton dan memberi jeda yang cukup untuk otak beristirahat dapat membantu mencegah dampak negatif jangka panjang.

Pengguna juga disarankan untuk kembali menikmati aktivitas yang memberikan kesenangan secara alami dan lebih lambat, seperti membaca buku atau melakukan interaksi sosial secara langsung. Langkah ini membantu mengembalikan keseimbangan kerja jalur imbalan otak dan memperkuat kontrol kognitif.

Studi neurobiologi terkini mengingatkan kita bahwa hiburan digital yang tampak ringan dan menyenangkan bisa memicu perubahan otak yang serius jika digunakan tanpa kendali. Oleh karena itu, kesadaran serta pengelolaan yang tepat terhadap penggunaan media sosial sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan otak dan kualitas hidup sehari-hari.

Berita Terkait

Back to top button