Ilmuwan kini menyoroti perilaku unik primata, khususnya aye-aye dari Madagaskar, yang untuk pertama kalinya tercatat mengupil. Penelitian ini menimbulkan minat yang besar, mengingat perilaku tersebut jarang diamati sebelumnya pada spesies lain. Aye-aye dikenal sebagai spesies lemur nokturnal dengan jari-jari yang panjang, dan dalam penelitian terbaru, satu individu, yang dikenal sebagai Kali, terlihat memasukkan jari ketiganya yang sepanjang 8 cm ke dalam hidungnya. Setelah itu, ia menjilati lendir yang menempel pada jari tersebut.
Pola perilaku ini bukan hanya unik bagi aye-aye. Sebelas spesies primata lainnya, termasuk simpanse dan gorila, juga telah diketahui memiliki kebiasaan serupa. Meski mengupil ini mungkin terdengar menakjubkan dan agak menjijikkan bagi sebagian orang, para ilmuwan masih tidak memiliki pemahaman yang jelas mengenai alasannya. Ada berbagai spekulasi, mulai dari mengurangi iritasi hidung hingga mendapatkan nutrisi dari lendir yang dijilati. Roberto Portela Miguez dari Natural History Museum menunjukkan, “Saat melihat perilaku ini, saya sangat terkejut. Saya tidak mengira ada primata lain yang melakukannya,” ujarnya.
Saat kelompok peneliti melakukan pemindaian CT, mereka menemukan fakta mengejutkan bahwa jari aye-aye dapat menjangkau hampir seluruh bagian belakang tenggorokannya. Ini menunjukkan bahwa kemampuan fisik primata ini dalam memanipulasi jari-jari berguna untuk menemukan larva dalam pohon juga berlaku dalam perilaku mengupil. “Hewan yang memiliki ketangkasan jari yang tinggi, seperti aye-aye dan kapusin, cenderung menunjukkan perilaku ini,” ungkap Miguez lebih lanjut.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun beberapa hewan yang menjadi subjek penelitian ini berasal dari penangkaran, tidak menutup kemungkinan bahwa perilaku mengupil merupakan hal yang lebih umum di kalangan primata. Para peneliti menyimpulkan bahwa kebiasaan ini layak diteliti lebih lanjut, mengingat banyak perilaku lainnya, seperti koprofagi (memakan kotoran), telah banyak diinvestigasi.
Anne-Claire Fabre, penulis utama penelitian dan kurator di Naturhistorisches Museum di Bern, mencatat bahwa perilaku yang unik ini mungkin terlewatkan jika tidak diamati dengan seksama. “Memahami perilaku primata tidaklah sederhana. Masih banyak hal yang perlu kita pelajari,” kata Fabre.
Masalah habitat yang dialami oleh aye-aye juga menjadi sorotan penting dalam penelitian ini. Dengan kehilangan habitat di Madagaskar, aye-aye kini diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah. Sekarang, lebih banyak individu aye-aye dapat ditemukan di kebun binatang dan fasilitas konservasi. Penemuan mengenai perilaku ini, diharapkan dapat mendorong minat lebih lanjut dalam konservasi serta studi tentang primata dan kebiasaan mereka.
Secara keseluruhan, perilaku mengupil ini membuka pintu untuk pertanyaan yang lebih besar tentang evolusi perilaku dalam spesies primata, serta pentingnya pemahaman yang lebih mendalam terhadap perilaku yang selama ini dianggap sepele. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengeksplorasi di mana saja perilaku ini terjadi dan faktor-faktor apa yang memengaruhi evolusi perilaku tersebut dalam dunia primata.





