
ByteDance, induk perusahaan TikTok, baru-baru ini mengalami lonjakan valuasi yang mencolok, mencapai sekitar Rp5.148 triliun (USD 330 miliar). Angka ini mencerminkan prestasi luar biasa perusahaan dalam hal pendapatan, di mana pada kuartal kedua 2025, ByteDance melaporkan pendapatan sebesar Rp748 triliun (USD 48 miliar), jauh mengalahkan Meta, induk dari Facebook dan Instagram, dengan pendapatan Rp670 triliun (USD 43 miliar). Meskipun mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin pendapatan di industri media sosial, valutasinya justru tertekan jauh jika dibandingkan dengan Meta yang mencapai sekitar Rp29.640 triliun.
Kekuatan Pendapatan yang Tertekan
Meningkatnya pendapatan ByteDance mencerminkan kekuatan operasionalnya. Di pasar China, melalui platform Douyin, pendapatan perusahaan berkembang pesat, sementara di pasar global, TikTok menjadi salah satu aplikasi terpopuler dengan 170 juta pengguna di AS. Namun, pertumbuhan yang signifikan ini dibayangi oleh tantangan politik yang berat di Amerika Serikat, di mana pemerintah AS terus menekan ByteDance untuk menjual operasional TikTok di negara tersebut. Konsekuensi dari tekanan politik ini memicu ketidakpastian di kalangan investor, yang berpengaruh langsung pada valuasi perusahaan.
Tekanan Geopolitik dan Dampaknya
Kondisi ini sangat ironis, mengingat ByteDance tengah meraih kesuksesan finansial yang luar biasa. Namun, ‘perang politik’ yang berkecamuk berdampak negatif pada nilai perusahaan. Hukum yang disahkan oleh Kongres AS memberikan ByteDance tenggat waktu untuk menjual aset TikTok di AS, yang berpotensi meningkatkan risiko pemblokiran total aplikasi tersebut. Karenanya, meskipun TikTok meraih sukses besar, operasionalnya di AS justru menyebabkan kekhawatiran yang mendalam akan dampak kepentingan nasional, sehingga investor pun lebih berhati-hati.
Saham Sebagai Suntikan Moral
Sebagai langkah untuk mendukung karyawan yang menghadapi ketidakpastian, ByteDance meluncurkan program pembelian kembali saham untuk karyawan di harga USD200,41 per lembar. Langkah ini bukan sekadar transaksi finansial, tetapi juga dapat dilihat sebagai upaya untuk memberikan kepercayaan diri di tengah situasi yang tidak menentu. ByteDance mengandalkan kas internal untuk mendanai program ini, menunjukkan kekuatan finansial mereka meskipun ada tekanan eksternal.
Persaingan di Tengah Ketidakpastian
Pendapatan yang tinggi tidak menjamin stabilitas valuasi, terutama saat menghadapi ancaman dari kebijakan pemerintah. ByteDance memang telah keluar sebagai pemenang dalam hal pendapatan, tetapi mereka kini terjebak dalam perang yang lebih kompleks, yang hasilnya akan menentukan nasib valuasi mereka. Rencana bisnis yang semula diperkirakan dapat memperkuat posisi mereka di pasar harus berhadapan dengan keputusan para pemimpin politik. Di satu sisi, keberhasilan pendapatan memperkuat posisi mereka, tetapi di sisi lain, risiko dinamis geopolitik turut menjadi beban yang berat.
Meskipun ByteDance terus mencetak rekor baru dalam pendapatan, valuasi mereka akan terus tertekan jika situasi politik tidak mengalami perbaikan. Ini menjadi pengingat bagi investor untuk memperhatikan faktor luar yang dapat mempengaruhi pasar, terutama bagi perusahaan yang bersinggungan langsung dengan kebijakan internasional. Di tengah tantangan yang ada, ByteDance tetap menjadi sosok yang menarik untuk diamati, baik dari sisi inovasi teknologi maupun dinamika politik yang melingkupinya.





