Rumuskan 17+8 Tuntutan Rakyat, 7 Tokoh Publik Ini Dapat Pujian Netizen

Umat manusia di Indonesia sedang ramai membicarakan inisiatif yang dikenal dengan nama "17+8 Tuntutan Rakyat". Rumusan tuntutan ini muncul setelah aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada akhir Agustus lalu. Tuntutan tersebut tidak hanya menjadi viral, tetapi juga membuat tujuh tokoh publik yang terlibat dalam penyusunannya banjir pujian dari netizen.

Inisiatif ini terdiri dari 17 tuntutan yang diharapkan bisa diselesaikan oleh DPR, pemerintah, kepolisian, dan TNI pada tanggal 5 September 2025. Delapan tuntutan tambahan terkait penyusunan undang-undang memiliki batas waktu lebih panjang, yaitu 31 Agustus 2026. Tokoh-tokoh muda seperti Jerome Polin, Andovi da Lopez, Salsa Erwina Hutagalung, Abigail Limuria, Fathia Izati Malaka, Andhyta F Utami, dan Cheril Marella berkolaborasi dalam menyusun tuntutan ini secara daring selama tiga jam tanpa perlu pertemuan fisik. Hal ini menjadi sorotan karena mereka bisa merumuskan tuntutan dalam waktu singkat, berbeda dengan proses panjang yang sering dipandang lamban oleh anggota DPR.

Poin Utama Tuntutan Rakyat

Di antara tuntutan yang paling mencolok adalah pembentukan Tim Investigasi Independen untuk menyelidiki kasus Affan Kurniawan dan korban lain yang mengalami kekerasan selama aksi unjuk rasa. Tuntutan tersebut juga mencakup permintaan agar pemerintah membebaskan semua demonstran yang ditahan dan menghentikan tindakan kekerasan oleh aparat. Selain itu, tuntutan untuk menghentikan keterlibatan TNI dalam pengamanan sipil menjadi sorotan penting lainnya.

Tuntutan ini merangkum berbagai aspek mulai dari reformasi lembaga legislatif hingga kebijakan kesejahteraan buruh. Dalam tuntutan jangka satu tahun, terdapat seruan untuk melakukan reformasi besar-besaran di DPR dan partai politik, serta penegakan undang-undang yang lebih adil terkait tindak pidana korupsi.

Reaksi Masyarakat dan Pujian untuk Tokoh Publik

Pujian terhadap tujuh tokoh publik yang terlibat tidak terlepas dari perhatian para netizen. Banyak dari mereka yang menilai kinerja tokoh-tokoh ini dalam waktu singkat bisa jauh mengungguli kinerja anggota DPR yang terkesan lamban dan terjebak dalam birokrasi. Pujian ini tercermin dalam beragam komentar di media sosial, seperti cuitan yang menyebutkan bahwa "kinerja mereka di WA call dalam semalam melebihi kinerja 580 orang anggota DPR dalam 5 tahun di hotel bintang 5".

Sikap kritis masyarakat ini semakin menguatkan kesan bahwa para tokoh tersebut mampu menjadi panutan baru dalam menyalurkan aspirasi rakyat. Diskusi publik yang produktif dan mengedepankan substansi dianggap jauh lebih efektif daripada rapat-rapat yang biasa dilakukan oleh para pengambil kebijakan.

Menggugah Kesadaran Sosial

Inisiatif 17+8 Tuntutan Rakyat ini bukan hanya sekadar daftar tuntutan formal, tetapi juga menggugah kesadaran sosial masyarakat. Selain mendorong tindakan nyata dari pemerintah, tuntutan ini mengajak masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam urusan politik. Ini penting agar suara rakyat dapat didengar dan dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Dengan adanya tuntutan yang jelas dan terstruktur, diharapkan masyarakat dapat menuntut pertanggungjawaban pemerintah dalam hal ini. Meskipun tantangan besar masih dihadapi, semangat dari kalangan muda dan aktivis yang terlibat dalam merumuskan tuntutan ini membawa harapan baru bagi perubahan yang lebih baik.

Setiap tokoh yang terlibat dalam proyek ini membawa latar belakang dan keahlian masing-masing, menunjukkan bahwa kolaborasi lintas disiplin ilmu dapat menghasilkan ide-ide yang tidak hanya visioner tetapi juga realistis. Tantangan ke depan adalah bagaimana tuntutan ini bisa diimplementasikan dan diawasi dengan baik oleh semua pihak yang berkepentingan.

Berita Terkait

Back to top button