Fakta-Fakta Gerhana Bulan Total 7 September, Air Laut Pasang di Indonesia

Fenomena gerhana bulan total akan menyelimuti langit Indonesia pada malam hari, tepatnya pada 7 September 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa seluruh wilayah Indonesia dapat mengamati peristiwa langka ini. Gerhana dimulai pada pukul 23.27 WIB dan diperkirakan berakhir sampai pukul 02.56 WIB keesokan harinya. Fase totalitas, di mana bulan akan terlihat berwarna merah, bakal terjadi antara pukul 00.30 hingga 01.54 WIB.

Durasi Gerhana

Total durasi gerhana bulan ini akan berlangsung selama 5 jam, 26 menit, dan 39 detik. Pada fase parsialitas, di mana bulan hanya terhalang sebagian oleh bumi, durasi akan mencapai 3 jam, 29 menit, dan 24 detik. Ini adalah waktu yang signifikan dan membuat gerhana ini menjadi salah satu pemandangan yang wajib disaksikan.

Tidak Ada Kaitannya dengan Gempa

Bertentangan dengan beberapa informasi yang beredar, BMKG menegaskan bahwa gerhana bulan tidak berhubungan langsung dengan terjadinya gempa bumi. Daryono, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, menjelaskan bahwa meskipun gaya gravitasi bulan dan matahari dapat mempengaruhi kondisi bumi, pengaruhnya sangat kecil dibandingkan dengan energi yang terkumpul di zona patahan. Oleh karena itu, tidak ada bukti ilmiah yang mengaitkan gerhana bulan dengan meningkatnya kemungkinan gempa bumi.

Air Laut Pasang

Fenomena menarik lainnya yang terjadi bersamaan dengan gerhana bulan total ini adalah pasang surut air laut. Gaya gravitasi bulan dan matahari berperan dalam hal ini. Saat gerhana bulan terjadi, akan terjadi kenaikan air laut. "Gaya gravitasi bulan dan matahari memang memengaruhi pasang surut laut," ujar Daryono. Ini adalah satu lagi alasan untuk menyaksikan gerhana ini, terutama bagi mereka yang tinggal di dekat pantai.

Bersamaan dengan Corn Moon

Menariknya, gerhana bulan total ini juga akan bersamaan dengan purnama yang dikenal sebagai Corn Moon. Istilah ini berasal dari tradisi masyarakat asli Amerika yang menandakan waktu panen jagung. Corn Moon, yang hadir setiap bulan September, akan memadukan keindahan bulan purnama dengan efek Blood Moon saat bulan tampak merah.

Secara astronomis, Corn Moon tidak berbeda dengan bulan purnama biasa. Namun, nilai budaya yang melekat membuatnya menjadi fenomena yang ditunggu-tunggu setiap tahun. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Corn Moon memiliki hubungan erat dengan aktivitas pertanian dan kebudayaan kuno.

Momen yang Berharga untuk Diabadikan

Gerhana bulan total ini adalah kesempatan luar biasa untuk masyarakat Indonesia yang ingin mengabadikan momen langka ini. Bagi para astronom amatir dan penggemar fotografi, malam itu akan menjadi waktu yang ideal untuk mengeluarkan kamera mereka dan menangkap keindahan alam.

Pengalaman menyaksikan Bulan berwarna merah di langit malam, dipadu dengan Cahaya purnama yang kunir, adalah momen yang tidak akan dilupakan. Sejumlah astronom dan pecinta ilmu pengetahuan mungkin akan mengadakan acara pengamatan di berbagai lokasi strategis agar lebih banyak pihak dapat merasakan keindahan dan misteri dari fenomena ini.

Sebagai catatan, usahakan untuk tetap tenang dan menikmati keajaiban alam yang terjadi, serta jangan lupa untuk mematuhi protokol kesehatan yang sedang berlaku. Momen berharga ini patut dinanti dan dirayakan.

Berita Terkait

Back to top button