Trump Minta Google dan Apple Hentikan Rekrut Pegawai dari India dan Cina

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan pernyataan tegas terkait praktik perekrutan tenaga kerja asing oleh perusahaan teknologi besar seperti Google, Microsoft, dan Apple. Ia meminta agar perusahaan-perusahaan tersebut menghentikan rekrutmen tenaga kerja dari India dan Cina, serta lebih mengutamakan kepentingan sumber daya manusia Amerika Serikat. Pernyataan itu disampaikan dalam konteks upaya pemerintahannya untuk memperkuat kemandirian dan dominasi Amerika di sektor teknologi, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI).

Dorongan untuk Mengutamakan Tenaga Kerja Amerika
Trump menegaskan bahwa selama ini banyak perusahaan teknologi AS yang memanfaatkan kebebasan berbisnis di negara itu, namun justru membangun pabrik di Cina, mempekerjakan tenaga kerja di India, serta memindahkan keuntungan ke lokasi lain seperti Irlandia. "Semua itu berakhir di bawah Presiden Trump," ujar Trump dalam pidatonya di AI Summit yang digelar di Washington pada Juli lalu, dikutip dari NDTV, Senin (8/9).

Ia menyoroti slogan nasionalis "America First" dengan mengajak perusahaan teknologi agar lebih patriotik dalam mengambil keputusan, terutama mengenai tenaga kerja. "Kami hanya meminta satu hal: utamakan Amerika," tegasnya. Pernyataan ini menegaskan posisi pemerintahnya bahwa pertumbuhan dan keberhasilan industri teknologi harus berdampak positif bagi warga AS, bukan menjadi jalan keluar merekrut tenaga asing sebagai pengganti tenaga kerja lokal.

Langkah Pemerintah untuk Memperkuat AI dan Sektor Teknologi
Sebagai bagian dari strategi tersebut, Trump telah menandatangani tiga perintah eksekutif yang fokus pada pengembangan kecerdasan buatan dan penguatan ekosistem teknologi dalam negeri:

  1. Winning the Race – Mempercepat pembangunan infrastruktur AI dengan memberikan kelonggaran regulasi pada pusat data dan fasilitas digital di AS.
  2. Netralitas Ideologis AI – Menjamin bahwa sistem AI yang dikembangkan dengan dana federal tidak bias secara ideologis, dengan menolak kebijakan lama yang dianggap menghambat inovasi akibat terlalu menekankan keragaman dan inklusi.
  3. Kemandirian AI – Mengurangi ketergantungan pada teknologi dan rantai pasok luar negeri, sekaligus mendorong ekspor produk AI buatan Amerika.

Trump menyamakan persaingan dalam bidang AI dengan perlombaan antariksa era sebelumnya, menandai betapa pentingnya kemenangan teknologi ini menjadi ujian besar bagi masa depan AS.

Kritik atas Kebijakan Visa H-1B dan Praktik PHK Massal
Wakil Presiden AS, JD Vance, turut mengkritik cara perusahaan-perusahaan teknologi menggunakan program visa H-1B yang banyak dimanfaatkan untuk merekrut tenaga kerja asing, termasuk pekerja dari India. Vance menyoroti inkonsistensi antara kebijakan perusahaan yang mengajukan ribuan visa H-1B sekaligus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di kalangan tenaga kerja lokal. Ia menilai hal tersebut tidak masuk akal dan merugikan tenaga kerja Amerika.

Data dari Departemen Tenaga Kerja AS memperlihatkan program H-1B memang digunakan banyak perusahaan besar seperti Google, Microsoft, Apple, dan Amazon. Visa ini dimaksudkan bagi pekerja asing non-imigran yang memiliki kemampuan khusus di berbagai bidang. Namun menurut Vance, alasan bahwa perusahaan tidak menemukan tenaga kerja lokal hanyalah pembenaran semata. “Saya tidak ingin perusahaan mem-PHK ribuan pekerja Amerika lalu bilang tidak ada tenaga kerja di sini. Itu cerita yang mengada-ada,” katanya, mengutip dari International Business Times.

Mendorong Talenta Terbaik Tanpa Mengorbankan Pekerja Lokal
JD Vance menambahkan bahwa pemerintahan Trump mendukung agar talenta terbaik dunia datang dan membangun masa depan di AS. Namun, hal itu tidak boleh mengorbankan pekerja Amerika. Fokusnya adalah untuk menjaga agar perusahaan-perusahaan teknologi tetap bertanggung jawab dalam memberikan peluang kerja kepada warga lokal.

Pernyataan dan kebijakan ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah AS dalam mengatasi ketidakseimbangan tenaga kerja di sektor teknologi. Dengan menekan perusahaan besar agar mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing, pemerintah berharap dapat memperkuat ekonomi domestik dan meningkatkan kedaulatan teknologi nasional.

Sebagai catatan, langkah ini juga sejalan dengan upaya memperkuat posisi AS dalam persaingan global di bidang teknologi maju seperti AI, yang dinilai akan sangat menentukan daya saing negara di masa depan. Upaya memperketat visa kerja asing serta memperkuat regulasi terkait sumber daya manusia di sektor teknologi mungkin akan berdampak besar pada pola rekrutmen perusahaan teknologi multinasional di Amerika Serikat dalam beberapa tahun mendatang.

Berita Terkait

Back to top button