
Di Nepal, protes besar-besaran yang dikenal sebagai "Demonstrasi Gen Z" telah mengguncang panggung politik dan merubah sejarah dengan penunjukan perdana menteri interim. Mantan hakim Mahkamah Agung, Sushila Karki, resmi dilantik sebagai pemimpin pertama di negara Himalaya tersebut setelah demonstrasi yang kian memanas, menyusul keputusan kontroversial Perdana Menteri K. P. Sharma Oli yang melarang berbagai aplikasi media sosial.
Gerakan ini dimulai sebagai aksi protes di media sosial yang mengekspresikan ketidakpuasan terhadap elit politik, tetapi seiring waktu, berubah menjadi kekerasan ketika Pemerintah Nepal bertindak keras dengan tembakan dan gas air mata. Rekapitulasi menunjukkan bahwa setidaknya 51 orang tewas dan sebanyak 1.300 lainnya mengalami luka-luka selama protes tersebut.
Innovasi dalam Pemilihan Pemimpin
Apa yang membuat situasi ini semakin menarik adalah cara para demonstran, khususnya generasi muda, menggunakan alat-alat teknologi modern untuk mencapai tujuan politik mereka. Anggota gerakan Youths Against Corruption, yang menjadi penggerak utama demonstrasi, memanfaatkan ChatGPT, sebuah chatbot kecerdasan buatan, untuk membantu mengidentifikasi kandidat untuk posisi perdana menteri interim. Dalam proses ini, ChatGPT memberikan rekomendasi yang mencakup nama-nama potensial seperti Sumana Shrestha dan Balen Shah, sebelum akhirnya merekomendasikan Karki.
Proses ini tidak hanya membawa elemen unik ke dalam dunia politik Nepal, tetapi juga menunjukkan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan pemerintahan. Penggunaan AI dalam konsultasi politik menunjukkan bahwa generasi muda di Nepal mengadopsi teknologi canggih untuk merumuskan strategi dan pengambilan keputusan.
Peran Discord dalam Mobilisasi Massa
Platform komunikasi Discord juga memainkan peran kunci dalam proses pengambilan suara untuk penunjukan Karki. Para demonstran menggunakan aplikasi ini untuk melakukan voting informal dan mendiskusikan dukungan mereka terhadap calon yang diusulkan. Server Discord yang memiliki lebih dari 100.000 anggota bahkan menjadi sorotan media, dengan siaran langsung dan liputan dari stasiun TV nasional.
Sid Ghimiri, seorang kreator konten berusia 23 tahun, menjelaskan bahwa "Parlemen Nepal saat ini adalah Discord." Dengan menggunakan aplikasi ini, mereka menciptakan ruang diskusi yang dinamis, memungkinkan pembicaraan dan musyawarah secara efektif. Hami Nepal, sebuah LSM yang terlibat dalam server tersebut, sebelumnya dikenal karena kontribusinya dalam mobilisasi dukungan pada waktu krisis, seperti gempa bumi dan bencana alam lainnya.
Dampak Protes Gen Z
Protes ini mempertunjukkan kekuatan dan ketangguhan generasi muda di Nepal, yang bersatu untuk melawan korupsi dan meminta perubahan dalam pemerintahan. Dengan memanfaatkan alat komunikasi dan AI, mereka berhasil mempengaruhi posisi politik yang signifikan dan membawa kehadiran pemimpin perempuan pertama ke tampuk kekuasaan, sebuah langkah bersejarah yang diharapkan akan membawa perubahan dan kebaruan di Nepal.
Sementara itu, pertempuran antara rakyat dan pemerintah menunjukkan ketegangan yang mendalam dalam demokrasi Nepal saat ini. Protes ini tidak hanya mengungkapkan ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang ada, tetapi juga menandakan bahwa generasi muda Nepal siap untuk mengambil peran lebih aktif dalam menentukan arah masa depan negara mereka.
Dengan berakhirnya protes ini, perhatian kini beralih kepada pemerintahan baru yang dilaksanakan oleh Karki, serta tantangan yang akan dihadapi untuk memulihkan kepercayaan publik dan menanggulangi isu-isu yang telah memicu demonstrasi sebelumnya. Mengingat perubahan dramatis dalam cara rakyat terlibat dalam politik, langkah-langkah yang diambil ke depan akan sangat penting bukan hanya untuk stabilitas Nepal tetapi juga untuk masa depan demokrasi di negara berkembang ini.





