Meta Ray-Ban Display Glasses: Ambisi Superintelligence dan Kegagalan di Meta Connect

Panggung Meta Connect yang diadakan oleh Mark Zuckerberg, CEO Meta, seharusnya menjadi momentum krusial untuk menunjukkan bahwa investasi besar-besaran perusahaan dalam metaverse dan teknologi Augmented Reality (AR) bukanlah sebuah kesalahan. Namun, peluncuran kacamata pintar Meta Ray-Ban Display justru berujung pada situasi canggung yang memalukan ketika perangkat tersebut mengalami gagal fungsi di depan penonton global. Kacamata yang diharapkan menjadi jembatan menuju “superintelligence” tersebut mengalami kendala saat demonstrasi, memaksa Zuckerberg untuk mengakui kegagalan tersebut dengan nada pesimis.

Dalam presentasinya, Zuckerberg menggambarkan kacamata pintar tersebut sebagai “form factor ideal” untuk masa depan komputasi. Ia percaya bahwa alat ini akan membantu manusia tetap terhubung dengan lingkungan sekitar sambil tetap mendapatkan akses ke berbagai kemampuan AI. “Kacamata memungkinkan Anda untuk tetap hadir di momen saat ini sambil mendapatkan akses ke semua kemampuan AI yang membuat Anda lebih pintar,” kata Zuckerberg. Namun, tampaknya visi yang ambisius ini berhadapan langsung dengan realitas pahit ketika ia berulang kali gagal terhubung dengan CTO Meta, Andrew Bosworth, selama demonstrasi panggilan video.

Kegagalan ini mengungkap kelemahan lebih dalam di balik ambisi Meta. Meskipun perusahaan ini merupakan pelopor dalam inovasi perangkat keras kacamata pintar, mereka tertinggal dari pesaing seperti OpenAI dan Google dalam pengembangan model AI yang menjadi inti dari produk ini. Zuckerberg tampaknya terpaksa melakukan ‘perang talenta’ di Silicon Valley dengan berupaya menarik insinyur AI terbaik dan berinvestasi miliaran dolar untuk chip AI canggih. Namun, biaya tinggi tersebut akan berdampak langsung pada konsumen dengan harga kacamata Meta Ray-Ban Display yang dimulai dari USD 799, sekitar Rp12,8 juta.

Beberapa analyst tidak yakin produk ini akan laku di pasaran. Mereka mencatat bahwa kacamata ini bisa dianggap sebagai “produk jembatan” menuju kacamata AR sejati Meta yang diberi kode “Orion,” yang baru dijadwalkan meluncur pada tahun 2027. Penilaian ini semakin diperkuat oleh harga kacamata yang bersaing, seperti Oakley Meta Vanguard yang dibanderol USD 499 dan Ray-Ban Meta Gen 2 yang dihargai USD 379.

Meskipun peluncuran ini penuh drama dan tantangan, harapan tidak sepenuhnya sirna. Jitesh Ubrani, manajer riset di firma IDC, berpendapat bahwa meskipun kesadaran konsumen terhadap teknologi ini saat ini masih rendah, pandangan tersebut dapat berubah saat perusahaan seperti Meta, Google, dan lainnya meluncurkan produk baru dalam waktu dekat. IDC juga memproyeksikan bahwa pengiriman headset AR/VR dan kacamata pintar akan meningkat sebanyak 39,2% pada tahun 2025, mencapai 14,3 juta unit, dengan Meta diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan pasar tersebut.

Peluncuran Meta Ray-Ban Display adalah langkah berani dari Zuckerberg yang mempertaruhkan kredibilitas dan miliaran dolar pada visi teknologinya. Kehadiran perangkat ini, meskipun penuh dengan kelemahan, membentuk sebuah gambaran bahwa masa depan metaverse dan kecerdasan buatan masih berpotensi menarik. Pengembangan lebih lanjut dari teknologi ini tentu akan menjadi sorotan utama di industri, dan hasil dari ambisi besar ini akan sangat menentukan langkah Meta ke depannya.

Berita Terkait

Back to top button