Komdigi: Indonesia Harus Mandiri Kembangkan AI Agar Tak Bergantung pada Asing

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menekankan pentingnya kemandirian dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) agar Indonesia tidak tergantung pada teknologi asing. Hal ini disampaikan dalam sebuah siaran pers baru-baru ini, di mana ia menyebutkan bahwa pengembangan AI yang dilakukan secara domestik dapat meningkatkan produktivitas sektor nasional hingga 3,5 persen. Selain itu, teknologi ini bisa disesuaikan dengan kekayaan budaya, bahasa, serta kondisi sosial ekonomi yang ada di Indonesia.

Nezar mengatakan, "Kemandirian dalam pengembangan AI memungkinkan Indonesia memiliki kontrol penuh, serta melindungi data warga negara." Dengan mengurangi ketergantungan pada teknologi digital asing, Indonesia akan lebih berdaya dalam menjaga transformasi digital yang semakin berkembang pesat saat ini. Upaya ini menjadi salah satu fokus utama Kementerian Komunikasi dan Digital dalam membangun infrastruktur digital yang kuat.

Pemerintah juga tengah berupaya memenuhi kebutuhan talenta digital, mengingat Indonesia masih memerlukan sekitar 9 juta talenta digital hingga tahun 2030. Dalam hal ini, Kementerian Komdigi berencana mengimplementasikan peta jalan AI yang berorientasi pada dua kebijakan utama: pengembangan inovasi serta peningkatan kapasitas dan kapabilitas riset dan teknologi.

Pengembangan Talenta Digital

Untuk mendorong lahirnya talenta digital, AICO Community menyelenggarakan program Nasional Digital AI (Workshop PANDAI) dengan tema "Bikin AI dari Nol." Workshop ini tidak hanya memperkenalkan literasi teknis, tetapi juga bertujuan agar masyarakat bisa menjadi kreator AI, bukan sekadar pengguna. Dalam acara ini, peserta dilatih untuk menciptakan dan mengembangkan model AI sendiri.

Reynaldi Francois, Co-Founder AICO Community, menjelaskan bahwa lebih dari 400 peserta, termasuk mahasiswa, dosen, dan praktisi, telah ikut dalam program ini. "Dengan workshop ini, kami ingin peserta tidak hanya menjadi konsumen AI, tetapi juga menjadi arsitek yang menciptakan solusi yang bermanfaat untuk Indonesia," ungkapnya.

Materi Pembelajaran yang Komprehensif

Workshop PANDAI mencakup berbagai materi, mulai dari pengenalan AI dan Large Language Model (LLM) hingga praktik dalam melatih model GPT sederhana. Peserta juga berkesempatan untuk melakukan live demo pembuatan AI interaktif dan mendiskusikan dampak serta etika penggunaan AI.

Reynaldi menekankan, "Ilmu yang diperoleh di sini diharapkan bisa menjadi langkah awal dalam menciptakan AI yang memberikan manfaat praktis, seperti membantu petani di Garut, mendukung UMKM di Tanah Abang, atau membuat algoritma diagnosis penyakit bagi rumah sakit di Papua."

Strategi Jangka Panjang untuk AI

Nezar juga menyebutkan bahwa penciptaan kebijakan terkait pengembangan AI sangat penting. Fokus pada penguatan kapasitas riset dan pengembangan infrastruktur juga menjadi perhatian utama. "Kita perlu memperkokoh kapasitas infrastruktur untuk menopang inovasi dan memastikan bahwa pengembangan AI tidak hanya cepat, tetapi juga berkelanjutan," ujarnya.

Dalam rangka mendukung inisiatif ini, pemerintah berharap dapat menggandeng berbagai pihak, baik dari sektor swasta maupun akademis, untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan teknologi lokal.

Kesimpulan yang Berlanjut

Dengan semua langkah ini, Indonesia berusaha untuk tidak hanya mengejar ketertinggalan dalam pengembangan teknologi, tetapi juga menjadi salah satu negara yang mampu menghasilkan inovasi berkualitas tinggi dalam bidang AI. Melalui kebijakan yang tepat dan pengembangan talenta digital, harapannya adalah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam industri teknologi global. Hal ini, pada gilirannya, akan membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan masyarakat yang lebih baik di seluruh tanah air.

Src: https://www.suara.com/tekno/2025/09/28/192136/komdigi-sebut-indonesia-harus-mandiri-kembangkan-ai-biar-tak-bergantung-teknologi-asing?page=all

Berita Terkait

Back to top button