Malam ini, fenomena alam yang menarik perhatian banyak orang, yaitu Supermoon atau Bulan Purnama Panen, menghiasi langit di Indonesia. Fenomena ini menimbulkan banyak diskusi di media sosial dan mengundang rasa ingin tahu publik mengenai alasan di balik tampaknya bulan yang membesar. Faktanya, saat Supermoon terjadi, bulan berada pada titik terdekat dengan Bumi dan tampak hingga 30 persen lebih besar dibandingkan posisinya ketika berada pada titik terjauh.
Ketika bulan berada di titik terdekat dari Bumi, yang dikenal sebagai perigee, bulan terlihat lebih besar dan lebih terang. Menurut informasi yang dirilis oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), tahun ini bulan lebih dekat sekitar 10 persen dari jarak biasanya. Fenomena ini disebabkan oleh orbit bulan yang berbentuk elips, sehingga akan ada waktu tertentu saat bulan berada paling dekat dengan planet kita.
Ilusi Optik dan Pengaruh Posisi Bulan
Selain faktor jarak, ilusi optik juga berperan dalam membuat bulan terlihat lebih besar ketika dekat dengan cakrawala. Saat bulan muncul di horizon, biasanya kita membandingkannya dengan objek di sekitarnya, seperti bangunan atau pohon. Hal ini menyebabkan kita merasa bulan tampak lebih besar, meskipun ukuran sesungguhnya tidak berubah.
Supermoon kali ini terjadi pada malam 7 Oktober 2025, mengingatkan kita pada fenomena serupa yang terjadi pada tanggal yang sama di tahun 2020. Namun, perbedaan kedekatan bulan dengan Bumi membuat Supermoon kali ini lebih mencolok, yang disambut dengan berbagai aktivitas dan pengamatan di seluruh dunia.
Sejarah Penyebutan Supermoon
Supermoon juga dikenal dengan sebutan Hunter’s Moon, sesuai dengan tradisi yang ada. Pada bulan Oktober, para pemburu secara tradisional mulai melakukan aktivasi menangkap hewan dan mengumpulkan makanan sebagai persiapan untuk musim dingin yang akan datang. Nama ini mencerminkan pentingnya fenomena ini dalam kehidupan masyarakat agraris di masa lalu.
Data visualisasi menunjukkan bahwa pada saat Supermoon, bulan tidak hanya terlihat lebih besar tetapi juga lebih cerah. Para astronom merekomendasikan untuk mengamati bulan pada waktu-waktu tertentu, terutama saat terbenamnya matahari, agar dapat menikmati pemandangan yang menakjubkan ini dengan lebih baik.
Fenomena Alam yang Menarik
Fenomena Supermoon menarik perhatian tidak hanya karena keindahannya, tetapi juga karena dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa bulan purnama dapat mempengaruhi perilaku hewan dan sistem biologis manusia, sehingga menjadikannya objek studi yang menarik bagi para ilmuwan.
Masyarakat pun antusias untuk mengamati Supermoon, terutama di daerah yang minim polusi cahaya. Hal ini memberikan kesempatan bagi para pengamat langit, astronom amatir, maupun fotografer untuk menangkap indahnya fenomena luar angkasa ini.
Dengan kesadaran yang meningkat akan pentingnya fenomena ini, para ahli pun terus mendorong publik untuk lebih memperhatikan siklus bulan serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Berbagai event atau kegiatan berkaitan dengan pengamatan bulan seringkali digelar, baik di tingkat lokal maupun internasional.
Secara keseluruhan, fenomena Supermoon adalah kombinasi yang menarik dari ilmu pengetahuan dan estetika, memberikan pengetahuan baru serta kekaguman pada keindahan alam semesta. Bagi banyak orang, ini adalah momen langka yang tidak ingin dilewatkan, mendorong mereka untuk meluangkan waktu di malam hari untuk menikmati pesonanya.
Source: www.inews.id





