Survei HSBC: Kekhawatiran Hacker Hambat Adopsi AI di Sektor Perbankan

Adopsi kecerdasan buatan (AI) di sektor perbankan saat ini masih menghadapi hambatan signifikan, terutama kekhawatiran terkait risiko serangan siber oleh hacker. Hal ini terungkap dari survei HSBC bertajuk ‘Redefining Treasury Asia Pacific: Voices of Treasury 2025’ yang melibatkan 460 responden, terutama para treasurer atau pengelola kas dan likuiditas.

Kekhawatiran Keamanan Siber Menghambat Adopsi AI

Menurut Anne Suhandojo, Head of Global Payments Solutions HSBC Indonesia, sejumlah besar treasurer di Indonesia masih sangat berhati-hati dalam mengadopsi teknologi baru termasuk AI. “Mereka menganggap bahwa risiko terkait teknologi masih sangat tinggi,” katanya dalam Media Briefing HSBC di Jakarta Selatan pada Kamis (16/10).

Data survei menunjukkan bahwa 48% responden mengidentifikasi risiko siber sebagai tantangan utama dalam implementasi sistem real-time treasury, yaitu sistem pengelolaan keuangan perusahaan yang memungkinkan pengambilan keputusan secara langsung dan instan berdasarkan data waktu nyata. Kekhawatiran terhadap potensi kebocoran data dan ancaman hacker menjadi penghalang signifikan bagi perusahaan yang ingin bertransformasi digital.

Proses Manual Masih Mendominasi

Meskipun sebagian besar perusahaan di Indonesia menyadari pentingnya otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengambilan keputusan, banyak yang masih mengandalkan proses manual dalam pengelolaan keuangan. Beberapa perusahaan masih melakukan transaksi langsung di bank dan pencatatan saldo secara terpisah antar cabang atau anak perusahaan. Kondisi ini membuat perusahaan sulit merespons fluktuasi nilai tukar dan perubahan pasar secara cepat.

Anne menjelaskan, “Teknologi memang penting, tapi harus disertai ‘tanda putih’, yang berarti ada persiapan mendasar seperti infrastruktur yang kuat, keamanan data yang terjamin, dan kesiapan sumber daya manusia.” Infrastruktur ini menjadi fondasi utama sebelum perusahaan mampu menjalankan treasury real time dengan efektif dan aman.

Pemanfaatan AI Masih Terbatas

Survei HSBC mengungkap hanya sebagian kecil perusahaan di Indonesia yang saat ini memanfaatkan AI dalam aktivitas treasury mereka. AI memiliki potensi besar untuk membantu analisis arus kas, prediksi pola pembayaran, dan memberikan rekomendasi investasi. Namun, ketakutan terhadap risiko keamanan data dan integritas informasi masih membuat banyak perusahaan ragu.

Selain risiko siber, survey juga mencatat kendala lain: 34% responden menyebut keterbatasan anggaran sejak implementasi sistem, sementara 31% mengaku kekurangan tenaga ahli yang kompeten untuk mengelola teknologi baru.

Prediksi Tren Adopsi AI di Masa Depan

Meski demikian, prospek penggunaan AI di sektor perbankan diperkirakan akan meningkat secara signifikan pada beberapa tahun mendatang. Pada 2025, sebagian besar treasurer menilai AI berguna meskipun belum menjadi kebutuhan mutlak. Namun, hingga 2028 diperkirakan lebih dari 50% responden akan menganggap AI sebagai komponen sangat penting dalam manajemen keuangan perusahaan.

Anne menambahkan, “Saat ini AI lebih dilihat sebagai pelengkap dari otomatisasi. Otomasi menyediakan data, sementara AI menambahkan fungsi analitis yang memperkuat pengambilan keputusan.”

Pondasi Infrastruktur yang Kuat di Indonesia

Indonesia saat ini sudah memiliki fondasi yang kuat untuk mendukung transformasi digital di sektor keuangan berkat adanya infrastruktur pembayaran real-time seperti BI-FAST dan QRIS. Selain itu, digitalisasi perbankan juga semakin digalakkan untuk mempercepat adaptasi teknologi.

Tantangan terbesar sekarang adalah membangun kepercayaan dan kesiapan perusahaan dalam mengelola risiko siber yang menyertai adopsi teknologi baru. HSBC dan beberapa bank global menawarkan solusi inovatif, seperti liquidity management dashboard yang memungkinkan perusahaan memantau posisi kas secara real time di berbagai negara.

Anne menjelaskan, “Dengan dashboard ini, CFO bisa melihat posisi kas secara keseluruhan dan mengambil keputusan strategis dalam hitungan detik,” yang mampu meningkatkan responsivitas dan tata kelola keuangan perusahaan.

Survei HSBC ini memperlihatkan bahwa perjalanan menuju sistem keuangan digital yang canggih dan aman belum sepenuhnya mulus. Namun, dengan langkah persiapan matang terutama dalam aspek keamanan dan sumber daya manusia, perbankan Indonesia dapat mempercepat adopsi AI dan teknologi digital yang mampu membawa efisiensi dan ketangguhan di era ekonomi digital.

Source: katadata.co.id

Berita Terkait

Back to top button