Koneksi dan Literasi Perlahan Tumbuh: Masyarakat Semakin Cakap Digital

Fenomena konektivitas dan literasi digital di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Terutama di wilayah timur Indonesia, seperti Kota dan Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya, di mana metode pembayaran digital melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) semakin umum digunakan. Masyarakat, khususnya generasi muda, mulai beralih ke transaksi digital yang mudah dan cepat. Tercatat, di Sorong, banyak pelaku UMKM dan minimarket telah menyediakan layanan pembayaran ini. Desi Sentuf, seorang warga setempat, menyatakan bahwa penggunaan QRIS cukup masif, dengan kehadiran di berbagai tempat, meskipun masih ada segmen yang menolak digitalisasi.

Data terbaru dari Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2025 menunjukkan adanya peningkatan kecakapan digital masyarakat. Skor IMDI mencapai 44,53, meningkat 1,19 poin dari tahun sebelumnya. Hasil ini menunjukkan bahwa transformasi digital di Indonesia sedang berjalan dengan baik, dan masyarakat semakin cakap dalam mengadopsi teknologi digital. Mengacu pada pernyataan Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, laporan IMDI merupakan alat evaluasi sekaligus kompas kebijakan untuk membentuk program berbasis bukti.

Pilar-Pilar IMDI 2025

IMDI 2025 mengukur empat pilar utama: infrastruktur dan ekosistem, literasi digital, pemberdayaan, serta pekerjaan. Infrastruktur dan ekosistem mencatatkan nilai tertinggi yaitu 53,06, diikuti pilar pekerjaan di angka 42,91. Meskipun tren ini menunjukkan kemajuan, penggunaan teknologi digital dalam aktivitas ekonomi masih perlu dioptimalkan. Pilar literasi digital, meskipun memiliki angka yang cukup baik, mengalami penurunan dari 58,25 menjadi 49,28, menunjukkan masih adanya tantangan dalam pemahaman teknologi di kalangan masyarakat.

Diantara daerah-daerah di Indonesia, Papua Barat Daya dan Nusa Tenggara Timur menunjukkan indikasi kecakapan digital yang baik. Masyarakat di kedua daerah ini mengungkapkan pentingnya koneksi internet untuk mendukung aktivitas sehari-hari. Desi dari Sorong mengungkapkan kemudahan akses internet di daerahnya, sementara Faustinus dari NTT menyampaikan bahwa konektivitas masih belum merata, terutama di daerah perkampungan.

Tantangan dan Harapan

Meskipun banyak kemajuan, kedua narasumber tersebut menyampaikan harapan bagi peningkatan kualitas konektivitas dan literasi digital. Desi berharap adanya pemerataan jaringan internet, bukan hanya di pusat kota, sedangkan Faustinus menambahkan pentingnya menjadi inklusif dalam menghadirkan layanan digital dengan memanfaatkan teknologi satelit untuk daerah-daerah yang kesulitan diakses.

Secara keseluruhan, perkembangan yang terlihat di Sorong dan NTT mencerminkan langkah positif menuju masyarakat yang lebih cakap digital. Namun, masyarakat kedua wilayah tersebut menekankan pentingnya edukasi literasi digital untuk menghindari kesalahan dalam pemanfaatan teknologi. Desi menyoroti fenomena hoaks dan kurangnya kesadaran akan keamanan data pribadi sebagai tantangan yang perlu diatasi melalui program edukasi yang lebih masif.

Dengan data yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam IMDI 2025 dan pengakuan akan kebutuhan literasi digital yang lebih besar, pemerintah diharapkan mampu mengambil langkah strategis untuk mendorong inklusi digital. Begitu, masyarakat di seluruh pelosok Indonesia dapat menikmati keuntungan dari transformasi digital yang sedang berlangsung.

Source: mediaindonesia.com

Berita Terkait

Back to top button