Pengamatan Supernova 2024: Ledakan Bintang dengan Bentuk Tak Sempurna Mengungkap Rahasia Alam

Pengamatan supernova yang terjadi pada April 2024 mengejutkan para astronom. Dalam pengamatan ini, bentuk awal ledakan bintang tampak memanjang, mirip seperti buah zaitun. Hal ini berbeda dari asumsi selama ini bahwa supernova berbentuk bulat sempurna. Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Science Advances pada 12 November dan menjadi salah satu studi paling mendetail mengenai fase awal kematian bintang masif.

Supernova tersebut pertama kali terdeteksi pada 10 April 2024 di galaksi terdekat. Dalam waktu 26 jam setelah deteksi, astronom dari berbagai negara langsung bergerak untuk melakukan pengamatan lebih lanjut. Upaya ini menghasilkan citra awal yang belum pernah ada sebelumnya mengenai bentuk supernova saat ledakan terjadi. Gelombang kejut yang dihasilkan menunjukkan bagaimana ledakan menembus permukaan bintang dengan cara yang belum pernah diamati sebelumnya.

Adam Burrows, seorang astrofisikawan dari Universitas Princeton, menganggap hasil ini sebagai salah satu pengamatan paling penting dalam studi supernova. Data yang terkumpul mendukung berbagai teori modern tentang bagaimana ledakan bintang raksasa ini terjadi. Supernova didominasi oleh peristiwa yang menandai akhir kehidupan bintang besar ketika bintang kehilangan energi penopang di intinya. Gravitasi kemudian menarik seluruh lapisan bintang ke pusat, memicu runtuhnya struktur bintang itu sendiri.

Ketika lapisan luar yang jatuh memantul dari inti, gelombang kejut besar muncul, menghasilkan cahaya luar biasa terang yang terlihat dari Bumi. Meski mekanisme pembentukan gelombang kejut itu telah lama dipelajari, banyak pertanyaan tetap ada. Diperlukan pemahaman yang lebih mendalam untuk mengetahui bagaimana gelombang kejut awal tersebut terbentuk sebelum terganggu oleh materi di sekitar bintang.

Astronom menggunakan Very Large Telescope milik European Southern Observatory di Chili untuk melakukan pengamatan ini. Dengan teknik spektropolarimetri, mereka mampu memanfaatkan polarisasi cahaya untuk merekonstruksi bentuk awal ledakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sosok cahaya dari supernova ternyata tidak terdistribusi secara merata. Sebaliknya, bentuknya memanjang, mengindikasikan adanya asimetri yang signifikan.

Yi Yang, seorang astronom dari Universitas Tsinghua di Beijing, menjelaskan bahwa partikel cahaya pertama yang keluar dari permukaan bintang tidak menunjukkan bentuk bulat yang sempurna. Temuan ini sangat penting karena memberikan petunjuk baru tentang apa yang sebenarnya terjadi di inti bintang saat ledakan.

Data ini juga memberikan dukungan pada teori yang menyatakan bahwa gelombang kejut supernova dipicu oleh partikel subatomik bernama neutrino. Partikel tersebut memberikan energi pada bagian dalam bintang yang sedang runtuh, mirip dengan air yang mendidih dalam panci. Proses ini menciptakan gelombang kejut yang tidak beraturan, sesuai dengan bentuk yang teramati dari pengamatan.

Pengamatan ini dianggap sebagai langkah besar dalam mendalami mekanisme di balik ledakan bintang. Burrows menyebut bahwa penelitian lebih lanjut akan menjembatani teori dan bukti di bidang astrofisika. Hasil ini membuka peluang baru untuk meneliti lebih jauh tentang bagaimana supernova terbentuk dan berfungsi.

Keterkaitan antara bentuk awal gelombang kejut dengan proses ledakan bintang masih menjadi area yang menarik untuk penelitian di masa depan. Dengan teknologi astronomi yang semakin maju, para ilmuwan berharap dapat menggali lebih dalam tentang fenomena yang luar biasa ini. Pengamatan serupa di masa yang akan datang diharapkan dapat memperkaya pemahaman kita terhadap alam semesta dan mekanisme penuh dari supernova.

Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com

Berita Terkait

Back to top button