
Viral di media sosial muncul klaim bahwa satu kali penggunaan ChatGPT dapat menghabiskan air hingga dua botol. Klaim ini berasal dari unggahan akun X @karaaaes yang menyebutkan, setiap kali membuat prompt di platform AI diperlukan dua botol air untuk pendinginan server.
Unggahan tersebut langsung mendapat perhatian besar, dengan tayangan mencapai tiga juta kali dan lebih dari 9.000 kali diunggah ulang. Bahkan, unggahan ini meraih 51 ribu tanda suka, menandakan besarnya keingintahuan publik tentang dampak lingkungan AI.
Fakta Konsumsi Air dalam Pengoperasian AI
Data riset terbaru menunjukkan penggunaan air tawar dalam proses AI memang signifikan, tetapi tidak secara langsung sebesar klaim dua botol per satu permintaan. Studi berjudul ‘Penjadwalan LLM Berkelanjutan yang Sadar Karbon dan Hemat Air di Pusat Data Cloud Terdistribusi Geo’ mencatat konsumsi air sekitar 500 mililiter untuk 20 sampai 50 permintaan ke model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT.
Peneliti mengembangkan kerangka kerja bernama SLIT untuk mengurangi penggunaan air, emisi karbon, dan biaya energi tanpa mengorbankan kualitas layanan AI. Usaha ini menandakan bahwa tantangan konsumsi sumber daya sudah diakui dan sedang diupayakan solusinya.
Daya Listrik dan Untuk Pendinginan Server AI
Menurut penelitian MIT Technology Review, penggunaan daya AI terus meningkat tajam dan diperkirakan akan melebihi seluruh konsumsi listrik pusat data Amerika Serikat pada 2028. Ini setara dengan daya yang diperlukan untuk 22% rumah tangga di AS selama setahun.
Selain listrik, aspek konsumsi air tidak kalah penting. Server pusat data menggunakan air ultra-murni yang berfungsi sebagai media pendingin untuk menjaga suhu optimal dan mencegah kerusakan cip akibat kotoran mikro. Konsumsi air ini menjadi salah satu faktor yang diperhatikan agar operasi AI bisa lebih ramah lingkungan.
Penggunaan Air dalam Pelatihan Model AI
Pelatihan model besar seperti GPT-3, yang menjadi fondasi ChatGPT, dilakukan di fasilitas Microsoft di AS. MIT Technology Review memperkirakan proses ini menghabiskan sekitar 700 ribu liter air tawar. Permintaan global untuk air guna mendukung operasional AI diperkirakan mencapai 4 sampai 6 miliar meter kubik per tahun pada 2027.
Jumlah ini mencerminkan besarnya tantangan lingkungan yang muncul bersamaan dengan kemajuan teknologi AI. Hal ini mengingat kebutuhan air yang tidak hanya untuk pendinginan tetapi juga dalam proses produksi perangkat keras terkait AI.
Dampak Produksi Perangkat Keras AI terhadap Lingkungan
Selain konsumsi air pada operasi, produksi perangkat keras seperti cip dan GPU juga memberikan beban besar pada lingkungan. Studi tahun 2023 menunjukkan proses pembuatan cip memerlukan air ultra-murni dalam jumlah besar dan energi tinggi dalam proses kimiawinya.
Pembuatan GPU kelas atas juga menghasilkan jejak karbon yang jauh lebih besar dibandingkan perangkat elektronik konsumen seperti ponsel dan laptop. Ini menambah kompleksitas dalam menilai total dampak lingkungan dari teknologi AI.
Upaya Mengurangi Dampak Lingkungan AI
Pihak industri dan peneliti terus bekerja untuk mengurangi konsumsi air dan listrik dalam penggunaan AI. Kerangka kerja seperti SLIT menjadi salah satu inovasi yang menyasar optimalisasi operasional pusat data secara berkelanjutan.
Strategi ini memadukan penghematan sumber daya dengan tetap mempertahankan performa AI agar layanan tetap lancar tanpa menimbulkan beban berlebih pada lingkungan. Kesadaran ini penting untuk memastikan AI bisa berkembang tanpa mempercepat krisis iklim dan kelangkaan air.
Pemahaman publik tentang konsumsi air yang sebenarnya dibutuhkan platform AI bisa membantu menepis hoaks sekaligus mendorong penggunaan teknologi secara bijak. Masyarakat dan perusahaan didorong untuk terus mengedukasi diri agar memanfaatkan teknologi AI dengan kesadaran dampak ekologisnya.
Baca selengkapnya di: katadata.co.id




